I don't want a lot of things. I just want to invite you to think together!

Pages

Sunday 14 April 2013

Pers Adalah Penipu yang Menipu Paling Banyak Manusia Saat Ini

akhir - akhir ini aku bingung mau mencari informasi tentang berita - berita terkini dimana. terus terang aku kurang percaya dengan berbagai media massa yang ada sekarang. menurutku berita sekarang adalah bagaikan jeruk busuk. yang ketika dibeli kulitnnya bagus, ternyata dalamnnya busuk, seperti media massa sekarang yang di luarnnya bagus tapi di dalamnnya penuh kebohongan. aku akan bercerita dan mengemukakan alasanku, kenapa sekarang aku tidak percaya dengan media massa.

dulu, saat kita pada jaman pra kemerdekaan (1908 - 1945) pers berfungsi untuk menyuarakan kepentingan kaum nasionalis dalam hal ini organisasi - organisasi pergerakan nasional seperti Budi Utomo, Sarikat Islam, PNI, Perhimpunan Indonesia dll. pada zaman ini kaum nasionalis mengutarakan gagasan mereka tentang pergerakan untuk memerdekakan bangsa Indonesia. pihak Belanda sangat mengontrol secara ketat keberadaan media massa ini, karena dikhawatirkan akan menimbulkan instabilitas di daerah jajahan. pada zaman itu, hakikat pers bagi nasionalis adalah menyuarakan kebenaran. tak terhitung sudah media yang pernah dibredel oleh pemerintah kolonial belanda. tetapi mereka tetap pada idealisme mereka. sampai akhirnnya peran media menjadi signifikan untuk menyiarkan kebiadaban belanda dalam menjajah Indonesia, idealisme pers sebagai alat menyampaikan kebenaran saat itu benar - benar bisa membuat  masyarakat sadar, dan akhirnnya berujung pada perjuangan seluruh elemen rakyat sehingga terciptalah negara Indonesia yang merdeka.

pada zaman orde lama dan orde baru (1945 - 1998) secara hakikat harusnnya negara kita sudah merdeka, tetapi ternyata kenyataannya lain. para pemuda yang dulu ikut berjuang untuk kemerdekaan negara, sudah mulai kehilangan idealisme mereka, mereka yang duduk dipemerintahan mulai mengekang kebebasan pers, media hanya boleh berkata apa yang tidak bertentangan dengan kata pemerintah. jika media mencoba melawan dan mengkritik pemerintah tinggal menunggu waktu saja untuk dibredel. pemerintah melakukan hal tersebut dengan dalih stabilitas politik (masa orde baru) dan kepentingan revolusi (masa orde lama).

pada massa reformasi mulai dari massa kepemimpinan presiden B.J. Habibie pers mulai dibebaskan. mereka boleh berkata apapun. mereka boleh menyuarakan pendapatnnya tentang apapun. tapi ada masalah yang sangat fatal disini, yaitu pers pada zaman sekarang bukan dimiliki oleh mereka yang berasal murni dari dunia jurnalistik, yang mengerti kode etik jurnalistik. tetapi berasal dari kalangan elit yang kebanyakan dari para pengusaha dan partai politik. kalau massa orde baru dan orde lama pers diancam akan dibredel oleh pemerintah, jaman sekarang pers dikuasai oleh para elite parpol dan pengusaha materealis. lalu apa bedannya? sama - sama untuk menggiring opini masyarakat? bedannya ya kalau dulu menggiring opininya terang - terangan (ancaman pembredelan), sekarang pakai topeng (pemilik media elit parpol).

padahal hakikatnya pers itu ada adalah untuk mengabarkan berbagai kebenaran yang ada di sekitar, tapi sekarang pers malah menjadi penipu. aku jadi ingat interpretasi dari Franz Magnis Suseno tentang epos ramayana dan mahabarata. di epos ramayana karakter tokoh benar - benar dibuat secara hitam putih, yang baik adalah baik, yang jahat adalah jahat. sedangkan pada epos mahabarata akan dijumpai karakter yang lebih kompleks, lebih abu - abu. kebanyakan dari karakter sifatnnya adalah relatif baik dan relatif jahat sangat sedikit yang mempunyai watak mutlak. disini aku mengambil analogi bahwa media massa ada yang bersifat hitam - putih, ada pula yang bersifat abu - abu. hakikat media massa yang sejati adalah yang hitam - putih, yang berani mengabarkan yang salah itu salah dan yang benar itu benar. bukan seperti yang sekarang ini yang salah dicoba untuk ditutup - tutup, karena pemiliknnya adalah orang yang salah itu sendiri. lapndo brantas misalnnya, TV One tak pernah mengabarkan keburukannya sebab pemiliknnya adalah bos mereka sendiri.

jaman orde lama dan orde baru dulu ada media yang sangat independen, berani menyuarakan yang hitam dan yang putih. salah satunnya adalah media Indonesia Raya yang dipimpin oleh Mochtar Lubis. bahkan Mochtar lubis sampai dipenjara sembilan tahun gara - gara tulisannya yang berani mengungkap kebobrokan pemerintah. koran Indonesia raya tujuh kali dibredel. enam kali pada massa orde lama dan satu kali tapi arah pada massa orde baru. saya sangat memimpikan ada media massa yang benar - benar hitam putih seperti Indonesia Raya. tapi nyatanya saat ini hampir semua media abu - abu. aku jadi takut untuk membaca koran, aku jadi takut untuk menonton berita di televisi, aku jadi takut untuk membaca berita online di internet.

teman - teman, harga sebuah idealisme adalah sangat tinggi dibanding keuntungan material. idealnya sebuah media massa adalah menyapa masyarakat dan mengabaran kebenaran di seluruh seantero negeri ini. tapi realitanya media dijadikan bisnis oleh para elit pengusaha dan parpol. media sekarang adalah bisnis penggiringan opini publik. politisi yang berduit berinvestasi pada media, tentu keuntungannya sangat besar yaitu dukungan politik dari rakyat untuk partai tersebut bila berhasil menggiring opini. jika media sudah tidak bisa menjaga idealismenya lebih baik media ditutup sekarang juga. kalian itu menyebar kesesatan, menyebar dosa. biarkanlah dan berikanlah kesempatan pada para pers yang masih ingin mengungkap hitam putih. pengusaha sekarang pun juga benar - benar brengsek, ini karena mereka selalu terpacu untuk materealis, bicara untung rugi. aku ingin bilang ke mereka kalau pingen kaya jangan ke dunia jurnalistik, jurnalistik bukan tempat untuk menjual iklan, maupun persuasi politik. dunia jurnalis itu tempatnnya moralitas dibongkar, yang bicara baik dan buruk. independensi adalah yang utama disini. wartawan memang bukan profesi yang menjanjukan kekayaan, tapi wartawaan itu profesi yang mulia. tak ada yang lebih mulia daripada mengabarkan yang benar itu benar dan yang batil itu batil.

harga sebuah kejujuran memang amatlah tinggi, seperti kata Mochtar Lubis "kalau seseorang memilih jalan jujur, hidupnnya akan berat sekali. dia akan kesepian, dijauhi kawan dan dibenci banyak orang. mungkin sampai kita mati, kita akan terus seperti ini. beranikah kita berdiri sendiri?kalau kita berani, majulah menuju daratan yang sepi dan kering. tapi disana ada kejujuran". memang kita terkadang takut untuk menyuarakan kejujuran, saya kadang - kadang juga takut sekali. tapi selama kita masih bisa mengatasi ketakutan, kita akan maju terus. sampai akhirnya kita patah. setidaknnya kita telah menjaga kemurnian fungsi pers. kita telah berjihad memerangi penipuan.

Chairul Anam Bagus Haqqiasmi
Jakarta, 14 - April - 2013


Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 comments

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© Angkringan Intelektual
Designed by BlogThietKe Cooperated with Duy Pham
Released under Creative Commons 3.0 CC BY-NC 3.0
Posts RSSComments RSS
Back to top