I don't want a lot of things. I just want to invite you to think together!

Pages

Friday 13 February 2015

Telaah Kitab – Kitab (Taurat, Injil, dan Al-Quran)


“Once in a while it really hits people that they don’t have to experience life in the way they have been told to”

 “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan bersih dan suci, maka kedua orang tua kitalah yang membuat kita Yahudi, Nasrani, Majusi, ataupun Islam.”

Tulisan ini merupakan refleksi dari penelaahan ayat – ayat dari berbagai kitab yang saya lakukan. Ketika pertama mencoba menelaah berbagai ayat tersebut, saya heran karena begitu banyak kaitan antara kitab satu dengan kitab yang lain. Misalnya Al-Quran yang mengetahui kisah para nabi terdahulu yang juga ditulis dalam kitab – kitab sebelumnya (Taurat, dan Injil). Padahal jelas – jelas Al-Quran turun di tempat yang jauh dari peradaban turunnya Taurat dan Injil. Keterkaitan itulah yang memacu saya untuk melihat persamaan dan pertentangan di berbagai kitab, serta mencari kebanaran yang hakiki. Sebenarnya manakah yang benar, dan mana yang salah? Bukankah kebenaran hanya ada satu? Dalam matematika jawaban benar hanya satu. Dan saya meyakini bahasa matematika adalah salah satu bahasa Tuhan yang paling logis. Terlebih dahulu saya akan membahas kendala bahasa, perbedaan fonemik dan fonetik dalam kitab – kitab tersebut yang sebenarnya adalah sama. Namun karena lintas kebudayaan kadang ejaan tersebut menjadi kabur.

Perbedaan Fonemik dan Fonetik

Perbedaan fonetik dan fonemik adalah perbeaan dalam pengucapan dan penggambaran dari suatu hal yang sebenarnya satu kejadian atau satu objek, namun karena perbedaan lintas budaya hal ini menjadi rancu. Untuk lebih jelasnya saya akan menjelaskan dengan contoh sebagai berikut:

Misalnya tokoh Zakharia (Zacharia, Zakariya) yang merupakan ayah dari Yahya (dalam Al-Quran) atau Yohanes Pembaptis (dalam Alkitab). Dalam bahasa Ibrani ia disebut sebagai Zakharia. Konsonan kh dalam bahasa Ibrani acapkali beralih mendahului k jika didahului oleh vokal. Nama Zakharia atau Zakariya terdiri dari dua suku kata: zakhari yang sepadan dengan kata dzikir dalam bahasa Arab, sdangkan ya adalah kependekan dari Yahweh, yaitu nama Allah dalam bahasa Ibrani. Dengan demikian, nama Zakariya adalah Dzikrullah atau zikir kepada Allah.

Misalnya lagi tokoh Isa (dalam Quran) atau Yesus (dalam Alkitab). Dalam bahasa Aram Eesho atau Eesaa, dan dalam bahasa Ibrani Yashu atau Esu, sedangkan orang – orang Yahudi dan Nasrani di Semenanjung Arab memanggilnya Yasu’. Nama Yasu’ atau Yesus adalah yang disebut oleh Injil dalam bahasa Arab. Tetapi, Al-Quran  mempergunakan nama Isa, bukan Yasu. Karena kata Yasu’ berakar dari sa’a dan yasu’u yang mengandung konotasi makna lenyap, karena menurut kepercayaan Islam Isa tidak binasa di tiang salib.

Beberapa penyebutan lain yang berbeda secara fonetik dan fonemik:

·         Moses (Musa)
·         David (Daud)
·         Jesus (Isa)
·         Mohammed (Muhammad)
·         Abraham (Ibrahim)
·         Adam (Adam)
·         Noah (Nuh)
·         Hood (Hud)
·         Louth (Luth)
·         Ishmael (Ismail)
·         Isaac (Ishak)
·         Jacob (Ya’kub)
·         Joseph (Yusuf)
·         Aaron (Harun)
·         Solomon (Sulaiman)
·         Elias (Ilyas)
·         Zachariah (Zakariya)
·         John (Yahya)
Kitab – Kitab
Injil

Injil dalam bahasa Inggris adalah Gospel, gabungan dari dua kata, yakni God dan spell, dari kata tersebut Injil dimaknai sebagai pengabaran atau pemberitaan perihal sesuatu yang menggembirakan, bertutur tentang sabda – sabda Isa Almasih dan perbuatannya semasa hidup.  Atau bahwa Injil itu dimaknai sebagai kumpulan materi ajaran yang dinukil oleh orang – orang Masehi generasi pertama secara lisan. Pada masa selanjutnya, terdorong oleh kebutuhan gereja akan materi pendidikan moral spiritual dan konsep – konsep peribadatan untuk tujuan mempertahankan paham dan kepercayaan Masehi, maka materi pengajaran itu ditulis dan dibukukan dalam sekian banyak versi. Untuk membedakan antara masing – masing naskah, maka dinamakanlah seperti halnya Injil Markus sebab ia ditulis berdasarkan riwayat yang disampaikan oleh Markus, atau Injil Matius yang ditulis berdasarkan riwayat dari Matius, dan seterusnya.

Naskah – naskah Injil itu, hingga yang paling tua sekalipun, ditulis bukan semasa hidup Isa Almasih, melainkan jauh sesudah itu, yakni tiga puluh lima tahun kemudian. Faktor keterlambatan penulisan Injil tersebut disebabkan oleh kenyataan bahwa orang Masehi generasi pertama mayoritas bukanlah kaum yang terpelajar sehingga mereka tidak melihat urgensi pencatatan perkataan dan perbuatan Isa Almasih pada kesempatan pertama. Faktor lain yang menghambat penulisan perbuatan dan perkataan Isa Almasih adalah bahwa lahirnya paham kembalinya Isa Almasih dalam waktu dekat. Keyakinan tersebut menjadikan kondisi psikologis umat Masehi terarah kepada semangat menantikan kembalinya Sang Mesiah sehingga menyita perhatian untuk memikirkan upaya melakukan  penulisan peristiwa yang terjadi di masa lalu menyangkut sabda dan perbuatan Isa Almasih. Terakhir, bahwa penindasan terhadap orang – orang Masehi generasi pertama yang dilakukan oleh orang Yahudi yang berusaha keras merintangi aktivitas dakwah dan pengajaran wahyu Isa Almasih, tidak sekejap pun memberikan kesempatan kepada mereka untuk mencatat ajaran yang disampaikan oleh sang nabi.

Namun, ketika generasi pertama yang menyertai Isa Almasih hampir punah, seiring dengan semakin jauhnya harapan akan turunnya kembali Isa Almasih, maka semakin terasalah kebutuhan pada adanya upaya menuliskan perjalanan hidup sang nabi oleh generasi kedua. Dengan demikian, dimulailah penulisan Injil pada berpuluh tahun menyusul diangkatnya Isa Almasih ke langit atau sesudah wafat atau terbunuhnya para murid. Akhirnya, dipilihlah empat dari sekian banyak naskah Injil yang hingga sekarang menjadi rujukan gereja – gereja di seluruh dunia, yakni Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Pemilihan naskah – naskah Injil tersebut berlangsung pada pertengahan abad ke-2 Masehi.

Injil – Injil yang beredar saat ini merupakan terjemahan dari Injil berbahasa Yunani atau Koine, yang juga merujuk pada naskah berbahasa Aram. Segenap pendapat dari berbagai kalangan menyepakati bahwa Injil – Injil itu tidak satu pun darinya yang berisikan ucapan Isa Almasih  yang diriwayatkan atau didengar secara langsung oleh para penulisnya. Bahkan, Injil kedua dan ketiga dalam Perjanjian Baru ditulis oleh dua penulis Masehi yang tidak pernah bersua Isa Almasih dan tidak pernah mendengar perkataannya secara langsung. Kedua penulis Injil yang dimaksud adalah Markus dan Lukas. Markus menulis Injil berdasarkan pada apa yang ia dengar dari Petrus sang rasul secara acak dan tanpa ada niat dari sang penulisnya untuk menyusunnya dalam satu buku. Pencatatan itu dikerjakan oleh Markus di Roma menyusul kematian Petrus antara tahun 67 hingga tahun 70 M. Sedangkan Lukas adalah sahabat Paulus, yang menuliskan Injil berdasarkan apa yang didengarnya dari Paulus tentang perkataan Almasih. Kemungkinan besar Lukas menambahnya dengan sebagian isi naskah Injil dalam bahasa Aram yang hilang dan sebagian ari kandungan Injil Markus. Penulisan itu kurang lebih dilakukan pada 80 M.

Jika kita hendak bersikap objektif, maka kita tidak mungkin mengingkari kenyataan bahwa Injil selama ini merupakan referensi utama dalam penulisan sejarah kehidupan Isa Almasih. Adapun adanya perbedaan antara masing – masing versi masih dalam batas kewajaran, dipandang dari sudut besarnya kendala yang menghalangi penulisan. Maka dengan demikian, penolakan secara total terhadap Injil sebagai referensi paling utama dalam sejarah hidup Isa Almasih menjadi lebih rumit daripada penerimaannya.

Matius. Injil Matius berbicara kepda orang – orang Yahudi dan berupaya keras untuk menutup – nutupi sikap mereka yang anti terhadap ajaran Masehi dan menuangkan ungkapan – ungkapan sejalan dengan keinginan Rumah Suci di Yerusalem pertengahan abad pertama Masehi. Matius adalah satu – satunya periwayat Injil  yang merupakan murid terdekat Isa Almasih. Pertemuan pertama Matius dan Isa Almasih dituturkan dalam kalimat – kalimat berikut: Setelah Isa Almasih pergi dari situ, ia melihat orang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu ia berkata padanya: “Ikutlah aku!” Maka berdirilah Matius itu lalu mengikuti dia (Matius 9: 9).

Matius yang menyebut dirinya sebagai pemungut cukai adalah penganut Yahudi yang taat sebelum menjadi pengikut Isa Almasih. Para sejarawan menilai bahwa Matius memiliki latar belakang pemikiran helenistik timur dan amat keras menentang orang – orang Farisi dan kemunafikan mereka, namun di lain pihak ia juga berseberangan dengan orang Masehi liberal dan terlepas dari aturan syariat Taurat, sebagaimana dinyatakan oleh Paulus. Dalam Injil yang ditulisakan berdasarkan riwayatnya, Matius menekankan sabda Isa Almasih: “Janganlah kamu menyangka bahwa aku datang untuk meniadakan Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu kata atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi” (Matius 5: 17).

Hal yang patut menjadi catatan adalah bahwa bagian akhir dari Injil Matius amat diragukan penisbatannya kepada Isa Almasih, seperti pernyataan berikut: Kata Matius: Isa Almasih mendekati mereka dan berkata: “Kepadaku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu, pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku dan baptislah mereka dalam nama Bapak dan Anak dan Roh Kudus” (Matius 28: 18-19).

Suatu hal yang dimaklumi secara meyakinkan bahwa gagasan Trinitas seperti tersebut dalam naskah Injil Matius itu sama sekali bukan perkataan Isa Almasih. Paham Trinitas atau Tritunggal baru lahir pada zaman para rasul. Siapa yang mula – mula melontarkan gagasan Trinitas adalah Paulus. Penulisan Injil Matius pada masa akhir, yakni antara tahun 85-105 M, memberikan kesempatan bagi para penulisnya untuk terpengaruh dengan paham – paham kepercayaan lain pada masa itu, dan demikian pula halnya dengan ketiga penulis Injil lainnya.

Markus. Sebaliknya, Injil Markus berbicara kepada bangsa – bangsa, bukan kepada umat Israel saja. Markus tampak tidak berhati – hati dalam memaparkan konsep ketuhanan yang menjadi penghalang orang – orang Israel konservatif untuk beriman kepada ketuhanan Isa Almasih. Markus adalah salah seorang dari generas kedua murid Almasih yang berjumlah tujuh puluh orang. Ia telah menjelajahi berbagai negeri untuk mengajarkan agama Masehi, kemudian menetap di Mesir sebagai uskup di gereja Alexandria, sebelum akhirnya mati dalam sebuah upaya pembunuhan yang disengaja. Markus bukanlah murid Isa Almasih yang hidup semasa dengannya, dan berguru kepadanya, melainkan berguru kepada Petrus. Injil Markus ditulis dengan sedemikian cermat sesuai dengan kapasitas pengetahuannya menyangkut apa yang ia ketahui tentang sabda dan perbuatan Isa Almasih, tetapi tanpa sistematika penulisan dan tanpa terikat dengan kronologi waktu.

Lukas. Sedangkankan Injil Lukas ditulis oleh seorang dokter untuk dipersembahkan kepada seorang sahabat istimewa, Taupilis. Pengabaran dan ajaran Isa Almasih dipaparkan dari sudut pandang kemanusiaan universal. Lukas bukanlah termasuk murid generasi pertama Isa Almasih, melainkan murid Paulus. Apa yang ditulis dalam Injilnya adalah apa yang ia dengar dari Paulus pada kurang lebih tahun 70 M. Injil Lukas dimulai dengan sebuah paragraf pendahuluan sebagai berikut:

“Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa – peristiwa yang terjadi diantara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan firman. Karena itu, sesudah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat mengetahui segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar” (Lukas 1: 1). Lukas tidak mengklaim bahwa ia menuliskan Injil itu berdasarkan ilham atau pun tuntunan dari Roh Kudus. Lukas menyatakan dengan maklumat yang dituangkannya dalam Injil merupakan buah dari kerja keras mencakup pengamatan, pengkajian, dan penelitian cermat atas segala peristiwa menyangkut diri Almasih sejak masa awal.

Yohanes. Adapun Injil Yohanes, lebih kental dengan pemikiran filosofis. Pemaparannya diawali dengan uraian tentang logos; seraya menjelaskan tentang paham inkarnasi, sebagaimana dimaklumi oleh bangsa Yunani. Injil Yohanes merupakan Injil yang paling terakhir ditulis dari riwayat Yohanes, salah seorang murid Isa Almasih. Sebagian lain berpendapat bahwa ia ditulis oleh seorang lelaki darai Efesus, yang juga bernama Yohanes, yang tidak pernah bersua dengan Isa Almasih. Yohanes murid Almasih dikenal sebagai penulis Kitab Mimpi – Mimpi yang disusunnya kurang lebih tahun 96 M. Maka,  tidaklah dapat diduga kebenarannya bahwa penulis dalam satu waktu menulis dua kitab yang berbeda jauh dari aspek metodologi dan materi penulisannya.

Barnabas. Ini adalah Injil kelima yang menimbulkan kontroversi besar di seputarnya. Ia adalah Injill yang tidak diakui oleh Gereja Vatikan dan bahkan dianggap sebagai kitab yang dilarang untuk ditelaah. Penulis Injil ini, yakni Barnabas, adalah salah seorang dari tujuh puluh murid Isa Almasih generasi pertama. Maklumat paling mengemuka yang dinyatakan oleh Injil Barnabas adalah bahwa ia tidak membenarkan ketuhanan Isa Almasih atau mengingkari keyakinan pada Isa Almasih sebagai anak Allah dan bahwa Isa Almasih tidak mati disalib. Pada tahun 492 M, Paus Glasius mengeluarkan ketetapan yang berisi larangan untuk membaca Injil Barnabas.

Menurut hemat saya Injil Barnabas tidak diakui karena bertentangan dengan landasan teologi yang didirikan Paulus. Hal ini dikarenakan Injil ini banyak dikenal setelah ajaran Nasrani berkembang dibawah Paulus. Jika saja kitab ini yang berkembang duluan, bisa jadi malah ajaran Paulus yang tidak diakui, karena keduanya sangat bertentangan.

Sama saja, apakah Injil – Injil itu kembali kepada satu sumber atau lebih dari satu, adalah wajar untuk mendudukkan Injil – Injil itu sebagai rujukan bagi kaum yang paling dekat dengan masa kehidupan Isa Almasih.

Konstruksi Agama Kristen Saat Ini

Pengaruh Yesus atau Isa Almasih terhdap sejarah kemanusiaan begitu jelas dan besar. Bersama perjalanan waktu agama kristen telah memperoleh pemeluk amat besar, bahkan yang paling besar dari agama lain yang ada di dunia. Agama nasrani yang ada saat ini berasal  dari gagasan etika, pandangan spiritual, serta ide pokok mengenai tingkah laku manusia yang diajarkan oleh Isa Almasih. Sedangkan Paulus menambahkan  pada ajaran  Almasih doktrin – doktrin  teologis dalam bentuk pemujaan terhadap diri Yesus atau Isa Almasih sebagai Tuhan.

Pertentangan dalam Injil

Al-Quran menceritakan tentang pertentangan – pertentangan Injil tersebut dari ayat berikut:
Al-Masih putra Maryam hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya adalah seorang Shiddiqah (yakni yang sangat benar dalam niat, ucapan, dan perilakunya), keduanya senantiasa memakan makanan. Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (yakni kepada Ahl al-Kitab) ayat – ayat (yakni bukti – bukti, tanda – tanda, dan argumentasi yang beraneka ragam), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka dipalingkan (tidak mau mengerti tentang tanda – tanda itu) Q.S. al-Ma’idah (5): 75.

Paham Trinitas

Orang – orang Nasrani meyakini bahwa trinitas yang kudus adalah satu oknum atau yang disebut hypostasis yang hidup, memiliki kekuasaan untuk berpencar dari satu zat Allah sehingga memiliki tiga oknum tanpa menciderai kekuasaan-Nya. Dua hakikat yang hendak diungkapkan oleh paham trinitas adalah:

Pertama; satu Tuhan sebagai hakikat yang banyak ditemukan oleh al-Kitab, khususnya oleh Kitab Perjanjian  Lama.
Kedua; tiga oknum atau hypostasis yang secara keseluruhan membentuk satu oknum. Maka Allah yang Esa menyatakan diri-Nya melalui tiga pribadi:

·         Bapa, sebagai oknum pertama dalam Tritunggal. Ia tidak dapat dilihat, tidak dapat diraba, dan dan tidak dapat didekati, tetapi Dia berhubungan dengan makhluk-Nya dari jauh.
·         Anak, sebagai oknum kedua dalam kesatuan keilahian. Telah menjadi ketetapan Allah bahwa Dia berkkehendak mendekatkan zat-Nya kepada umat manusia dengan cara menampakkan zat-Nya itu pada pribadi anak-Nya. Maka turunlah Allah dari langit dan menempati pribadi Isa Almasih agar dengan demikian Dia hidup di tengah – tengah umat manusia, bergaul dengan mereka, dan berbicara langsung kepada mereka. Maka dengan datangnya Isa Almasih, manusia mendapati Tuhan yang dapat dilihat dan dapat diajak bicara secara langsung.
·         Roh Kudus sebagai oknum ketiga Tritunggal dan dalam pribadi Roh Kudus Allah melakukan pendekatan kepada Anak-Nya.

Dalam keempat Injil yang ada, melalui riwayat – riwayat Katolik maupun Protestan, tidak didapati teks yang secara tegas menyatakan bahwa Isa Almasih pernah menyebut dirinya Tuhan atau setara dengan Tuhan atau kalimat – kalimat seperti “Aku Tuhan kamu” atau “Sembahlah aku” atau kalimat – kalimat yang semakna. Yang banyak ditemukan justru redaksi seperti “Aku diutus ...” atau “Dia memerintah aku” atau kalimat – kalimat lain seperti itu. ini menunjukan bahwa Isa Almasih adalah seorang utusan dan seorang yang diperintah, yang patuh dan tunduk kepada Yang Mengutusnya.

Tidak pula dalam kitab – kitab suci mereka didapati satu pun redaksi kalimat yang menyebut bahwa Isa Almasih mengakui dirinya bersama Allah Yang Mahakuasa membentuk satu kepribadian. Maka dengan demikian, apa pun yang diklaim oleh mereka sebagai sabda Almasih, pada hakikatnya adalah ucapan orang lain, atau bisa jadi merupakan hasil penafsiran terhadap sabda Isa, tetapi dengan cara yang keliru. Sebab, ia bertentangan dngan banyak ayat dalam Injil yang menyatakan secara lebih tegas sehingga tidak membutuhkan penafsiran.

Jika demikian hakikatnya, maka wajar jika akal pikiran manusia yang sehat bertanya – tanya, jika Allah turun dari singgasana keagungan-Nya di langit dan mengubah zat-Nya menjadi sosok manusia dan menjalani hidup sebagai manusia biasa di bumi, maka dengan demikian, bukanlah singgasana keagungan-Nya di langi menjadi kosong! Akal pikiran sehat tentu akan mewajibkan Allah, Tuha semesta alam, sebagai zat yang memiliki sifat –sifat kesempurnaan mutlak, tersucikan dari segala aib dan dari sifat yang serba tidak sempurna. Lantas dengan cara apa akal sehat harus menerima pemakluman bahwa Allah tinggal dalam rahim seorang wanita selama usia kandungan, kemudian keluar melalui tempat yag sempit dan kotor bersama dengan darah dan ari – ari sebagai sebuah kebenaran?

Jika pembunuhan diatas tiang salib benar – benar telah menimpa diri Isa Almasih, maka tentu saja hal itu pun menimpa Allah, karena Isa Almasih adalah Allah dan Allah adalah Isa Almasih, sebagaimana paham yang mereka yakini selama ini. pribadi yang satu tidak dapat disebut “mati” dan “tidak mati”, atau “hina” dan “tidak terhina” dalam satu waktu. Bagaimana mungkin satu zat disebut Tuhan dan dia juga adalah makhluk?

Al-Quran dalam hal ini mengancam kerancuan logika trinitas ini:

Sungguh telah kafirlah orang – orang yang berkata: ‘Sesungguhnya Allah itu adalah al-Masih putra Maryam.’ Katakanlah (wahai Nabi Muhammad saw.): ‘Maka siapakah yang kuasa menghalang – halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan al-Masih putra Maryam beserta ibunya dan siapa saja yang berada di bumi semuanya?’ Dan milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan yang ada diantara keduanya Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mahakuasa atas segala sesuatu. Q.S. al-Maidah (5): 17.

Demi (Allah), sesungguhnya telah kafirlah orang – orang yang berkata: ‘Sesungguhnya Allah adalah al-Masih putra Maryam,’ padahal al-Masih berkata: ‘Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhan Pemeliharaku dan Tuhan Pemelihara kamu. Sesungguhnya barang siapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sungguh Allah telah mengharamkan baginya surga dan tempatnya adalah neraka. Dan tidak ada bagi orang – orang zalim (satu) penolong (pun)’ Q.S. al-Maidah (5): 72

Merujuk kepada keempat kitab Injil, kita mendapati banyak pernyataan yang melemahkan kaum Ortodoks yang meyakini bahwa ketiga oknum itu adalah Tuhan yang satu dan memiliki satu kehendak. Dalam keempat Injil yang ada, kita temukan sekian banyak ayat yang menegaskan keterpisahan yang sempurna antara Allah, Isa Almasih, dan Roh Kudus. Dalam banyak tempat ditegaskan bahwa Baoa lebih tinggi dan lebih agung daripada Anak. Namun demikian, akal pikiran sehat bertanya – tanya, bagaimana mungkin ketiga oknum itu dikatakan sebagai tiga Tuhan yang terpisah dan masing – masing memiliki kehendak sendiri, padahal mereka itu satu? Mungkinkah kita memahami pernyataan tersebut kemudaian menerimanya sebagai suatu kebenaran akal? Tentu tidak, dan dengan logika matematika yang amat sederhana, kita katakan bahwa satu bukan tiga dan tiga bukan satu. Kemudian, mengapa sang Anak menentang Bapa-nya saat ia berada di atas tiang salib tatkala mulai merasakan penderitaan dengan megatakan, “ Eli, Eli, lama syabaktani?” (Tuhan, Tuhan, mengapa Engkau tinggalkan aku?) Apakah itu berarti kehendak manusia menentang kehendak Tuhan?

(Kami bersumpah bahwa) sesungguhnya telah kafirlah orang – orang yang berkata: ‘Sesungguhnya Allah salah satu dari tiga, ‘padahal tidak sekali – kali tidak ada Tuhan (yang kuasa dan berhak disembah) melainkan Tuhan Yang Maha Esa semata – mata. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang – orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksa yang pedih. Q.S. al-Maidah (5): 73.

Terjerumusnya orang – orang Nasrani dalam kerancuan tersebut adalah karena adanya sekian banyak teks dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru yang menegaskan keesaan Allah di satu sisi, selain teks – teks lain yang menduakan antara Allah dan Isa Almasih di satu pihak, dan adanya teks – teks lain yang menentang hal itu. maka setiap golongan dari mereka berupaya untuk menyatukan pertentangan seperti itu hingga wajarlah jika mereka terjerumus dalam kerancuan berpikir.

Secara khusus Al-Quran menjelaskan kerancuan tersebut:

Hai Ahl Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam (melaksanakan) agama kamu dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya al-Masih, Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) ruh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul – rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: ‘(Tuhan itu) tiga,’ berhentilah (dari ucapan dan kepercayaan itu). Itu baik bagi kamu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Mahasuci Allah dari mempunyai anak, apa yang dilangit dan apa yang ada di bumi adalah milik-Nya. Cukuplah Allah sebagai Wakil (yakni Pemelihara dan Pelindung kamu semua). Sekali – kali tiak enggan al-Masih menjadi hamba bagi Allah dan tidak (juga) malaikat – malaikat yang terdekat. Barang siapa enggan menyembah-Nya dan menyombongkan diri, kelak Allah akan mengumpulkan mereka semua kepadaNya Q.S. an-Nisa (4): 171-172.

Pertentangan dalam Injil Mengenai Pertalian Keturunan Isa Almasih

Cukup mengherankan bila orang – orang Nasrani menisbatkan pertalian darah Isa Almasih dengan Yusuf yang disebutnya tunangan Maria, padahal mereka meyakini bahwa Isa Almasih bukan anak Yusuf dan bahwa Maria adalah anak perawan. Maka penghubungan garis keturunan Isa Almasih kepada Yusuf, atau klaim mereka bahwa Maria pernah mengatakan Isa Almasih adalah anak Yusuf, merupakan klaim yang bertentangan dngan kenyataan.

Garis keturunan Isa Almasih tersebut dalam Injil Matius (1: 1-17) dan Injil Lukas (3: 33-38) dengan pernyataan yang saling bertentangan. Masing – masing dari kedua Injil tersebut menisbatkan Isa Almasih kepada Yusuf sebagai suami Mariadan garis keturunan Yususf terhubung dengan Ibrahim melalui Daud, namun dengan cara yang berbeda, baik dari sisi nama, sifat, dan jumlah orang yang tersebut dalam garis keturunan yang dimaksud.

1.    Injil Matius menyebutkan bahwa Yusuf, suami maria, adalah anak Yakub anak Matan anak Eleazar. Sedangkan Lukas menyebutkan bahwa Yusuf adalah anak Eli anak matan anak Lewi.

2.    Dalam Injil Matius garis keturunan Isa Almasih bertemu pada Salomo (Sulaiman) putra Daud, sedang dalam Injil Lukas bertemu pada Natan anak Daud.

3.    Diketahui dari Injil Matius bahwa segenap nenek moyang Yusuf, suami Maria, dari Daud hingga masa diaspora Yahudi di Babilonia adalah para raja yang terkenal, sedangkan berdasarkan penjelasan Lukas, mereka bukanlah para raja, terkecual Natan dan Daud saja.

4.    Injil Lukas menyebut Sealtiel sebagai anak Neri, sedangkan Matius menyebutnya sebagai anak Yekhonya.

5.    Dalam Matius, anak Zerubabel bernama Abihud, sedangkan Lukas menyebutnya Resa.

6.    Dari Daud hingga Isa Almasih terdapat dua puluh enam generasi, dan dari Ibrahim hingga Isa Almasih terdapat empat puluh dua generasi menurut Injil Matius. Sedangkan Markus menyebutkan empat puluh satu generasi dari Daud hingga Isa dan empat puluh enam generasi dari Ibrahim hingga Isa Almasih.

Inilah pertentangan – pertentangan yang tidak dapat dipungkiri adanya, padahal kebenaran hanya ada satu, tidak ada yang lain. Ini sekaligus menunjukan bahwa salah sau dari kedua Injil tersebut tidak benar. Sepanjag bahwa penetapan mana diantara kedua Injil itu yang benar belum dapat dibuktikan, maka dengan demikian keraguan yang timbul terdapat pada kedua Injil itu sampai diketahui yang benar dari yang salah. Dengan adanya keraguan, maka tidak dapat dipastikan bahwa salah satu dari kedua Injil itu merupakan wahyu Tuhan.

Jika saja dipandang penting untuk menguraikan garis keturunan Isa Almasih, sedang dia tidak memiliki ayah biologis, maka semestinya kita mempertalikannya dengan garis keturunan ibu, bukan pada lelaki yang diklaim sebagai tunangan Maria. Tidak masuk akal jika seorang anak dipertalikan nasabnya dengan lelaki yang tidak ada hubungan apa pun dengan dirinya, baik dari jauh ataupun dari dekat. Inilah yang sangat mengherankan, justru Injil Matius dengan tegas menyatakan hal itu melalui penuturan berikut: “Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, Anak Abraham. Yakub memperanakan Yusuf suami Maria yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus” (Matius 1: 1, 23). Adapun Lukas tidak menyatakan setegas Matius, melainkan hanya mengisyaratkan dengan pernyataan berikut: “Dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli” (Lukas (3:23).

Yang dapat kita pahami adalah tujuan orang Nasrani mengaitkan nasab Isa Almasih dengan Yusuf dan mereka – reka garis keturunan seperti disebut dalam kedua Injil tersebut adalah untuk mempertalikan Isa Almasih pada suku Yehuda yang memiliki garis keturunan dengan Daud sang nabi, dan kemudian mengenakan jubah Daud pada diri Isa Almasih sebagai seorang Mesiah yang dinantikan kedatangannya oleh orang – orang Yahudi, dan berakhir dengan mewujudkan cita – cita kembali membangun kerajaan Israel yang pernah didirikan oleh Daud. Oleh sebab itu, di banyak tempat dalam Injil, kita mendapati mereka menyebutnya sebagai Isa putra Daud.

Ada pun garis keturunan Maria, dan demikian pula Yusuf, bertemu dengan suku Lewi dari mana Harun Sang Nabi dilahirkan, bukan dengan Yehuda, suku nabi Daud berlandaskan pada argumentasi berikut.

Kitab Bilangan menuturkan demikian: Inilah firman yang diperintahkan Tuhan mengenai anak – anak perempuan Zefalad, bunyinya: Mereka boleh kawin dengan siapa saja yang suka kepada mereka, asal mereka kawin di lingkungan salah satu dari kaum suku ayah mereka. Sebab milik pusaka orang Israel tidak boleh beralih dari suku ke suku, tetapi orang Israel haruslah masing – masing memegang milik pusaka suku nenek moyangnya. Jadi setiap anak perempuan di antara suku – suku orang Israel yang telah mewarisi milik pusaka, haruslah kawin dengan seorang dari salah satu kaum yang termasuk suku ayahnya, supaya setiap orang Israel mewarisi pusaka nenek moyangnya. Sebab milik pusaka itu tidak boleh beralih dari suku ke suku, tetapi suku – suku orang Israel haruslah masing – masing memegang  milik pusakanya sendiri (Bilangan 36: 6-9)

Setiap laki – laki diperintahkan kawin dengan perempuan dari sukunya dan setiap perempuan diperintahkan kawin dengan laki – laki dari sukunya. Injil menyebutkan: Pada zaman Herodes, Raja Yudea, ada seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia. Istrinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet (Lukas 1: 5). Elisabet adalah wanita keturunan Harun sang Nabi, dan menikah dengan Zakaria (Zakharia) dari sukunya yang juga adalah keturunan Harun, karena siapa yang disebut Injil sebagai rombongan Abia adalah kelompok pendeta dari keturunan Harun.

Dalam Injil Lukas (1: 36) dikatakan bahwa: Dan sesungguhnya Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki – laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia yang disebut mandul itu. sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil (Lukas 1 : 36-37). Maryam (Maria) adalah kerabat Elisabet dan bahwa arti nasab adalah kekerabatan, dan oleh sebab itu maka Maria berasal dari suku yang sama dengan kerabatnya, yakni suku Lewi.

Jika kita amati saksama, akan menjadi semakin jelas bahwa Maria adalah anak cucu dari Harun dan bahwa Yusuf pun berasal dari anak keturunan Harun. Maka Isa Almasih, Maryam, dan Yusuf, yang disebut Injil tunangan Maria, semua adalah anak keturunan Lewi, suku nabi Harun, bukan anak keturunan Yehuda, suku nabi Sulaiman. Ia berasal dari keluarga Bani Israel yang mula – mula mendapat kekhususan sebagai pemegang wewenang kependetaan sebagai penjaga syariat. Demikian pernyataan Kitab Keluaran: Engkau harus menyuruh abangmu Harun bersama – sama dengan anak – anaknya datang kepadamu, dari tengah – tengah orang Israel, untuk memegang jabatan imam bagi-Ku-Harun dan anak – anak Harun. (Keluaran 28: 1). Tugas kependetaan itu diistimewakan bagi keluarga Lewi, dan Harun adalah salah seorang dari keturunan Lewi.

Berdasarkan alasan tersebut, kita memahami alasan mengapa ketika Maryam mengandung bayi dalam rahimnya, mereka mengatakan:

Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali – sekali bukanlah seorang yang buruk dan ibumu sekali – sekali bukanlah seorang pezina. Q.S. Maryam (19): 28

Penisbatan Isa Almasih kepada ibundanya, Maria, dengan menyebut Isa putra Maryam merupakan perkataan yang benar dan tidak diragukan lagi kebenarannya, sekaligus sebagai cara untuk menyucikan garis keturunan Isa Almasih dari tuduhan – tuduhan buruk dan keliru, sekaligus memupus perselisihan tajam antara Injil Matius dan Lukas menyangkut nasab Isa Almasih.

Dengan demikian, dapat kiranya dikatakan bahwa garis keturunan yang disebutkan dalam Injil Matius dan Lukas adalah jelas keliru. Garis keturunan tersebut dengan disengaja direkayasa oleh kelompok yang  menginginkan agar Isa Almasih masih diakui orang sebagai anak Daud, agar mereka mengatakan bahwa Isa Almasih dialah Sang Mesiah yang dijanjikan Tuhan kepada orang Yahudi, dan bukan selain dia.

Ketetapan Hukum Menyangkut Hari Sabat

Yang Kukehendaki adalah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang bersalah” (Matius 12: 1-7). Ayat ini menerangkan bahwa kasih sayang lebih penting daripada menerapkan syariat secara sepihak dan membabi buta.

Setelah itu, Isa Almasih masuk ke rumah ibadah mereka. Di situ, ada seorang yang mati tangannya. Mereka bertanya kepadanya:

“Bolehkah menyembuhakan orang pada hari Sabat?” Isa Almasih berkata pada mereka: “Jika seorang diantara kamu memiliki seekor domba, dan domba itu terjatuh ke dalam lubang pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya? Bukankah manusia lebih berharga daripada domba? Karena itu, boleh berbuat baik pada hari Sabat.” Lalu ia berkata kepada orang yang sakit itu: “Ulurkanlah tanganmu!” Dan ia mengulurkannya, maka pulihlah tangannya dan menjadi sehat seperti tangannya yang lain (Matius 12: 9-13).

Ini menunjukan pula bahwa Isa Almasih tidak mengubah sedikit pun ketetapan hari ibadah, yakni hari Sabat. Namun kemudian, Kkaisar Konstantin, penguasa Roma yang memeluk ajaran Masehi, dialah yang memaklumkan hari Minggu sebagai “Hari Tuhan” dan sekaligus menjadikannya sebagai hari libur resmi bagi Roma, sehingga dengan demikian menyalahi ketetapan syariat Taurat. Al-Quran menyinggung perselisihan menyangkut ketetapan hari Sabat itu dalam ayat berikut:

Sesungguhnya (larangan berburu pada) hari Sabtu dijadikan (bencana) atas orang – orang (Yahudi) yang berselisihpadanya. Dan sesungguhnya Tuhan Pemelihara kamu benar – benar akan memberi putusan di antara mereka di Hari Kiamat terhadap apa yang mereka perselisihkan itu. Q.S. an-Nahl (16): 124.

Paulus sebagai Rasul

Ketika saya membandingkan Injil – Injil Kanonik (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes) dengan Al-Quran ternyata sangat banyak kesamaan dalam segi gagasan etika, pandangan spiritual, serta ide pokok mengenai tingkah laku manusia yang diajarkan oleh Isa Almasih atau Yesus. Namun ketika saya merujuk kepada doktrin – doktrin teologis (misalnya penuhanan Yesus) yang dibuat oleh Paulus saya menemukan sangat banyak pertentangan baik dari Injil dengan surat – surat lain dalam perjanjian baru dan perjanjian lama, maupun dengan Al-Quran. Untuk itu saya tertarik untuk mengetahui siapa sebenarnya sosok Paulus ini. dan apakah benar Paulus adalah seorang rasul? Saya akan menuturkan secara singkat beberapa pandangan saya dengan disesuaikan dengan telaah dalam kitab.

Paulus adalah oknum yang paling berjasa dalam pembentukan teologi ajaran Kekristenan. Sebagai tokoh yang merupakan fondasi utama agama Kristen, bahkan Michael H. Hart, penulis buku '100 Orang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah Dunia' dalam daftar bukunya konon ragu menempatkan nama Paulus dibawah nama Yesus. Pasalnya ajaran Kristen dan perkembangannya didominasi oleh Paulus Tarsus. Dapat dilihat dalam Bible sendiri terdapat 14 (empat belas) surat Paulus yang dikirim kepada jemaat untuk memperkokoh doktrinnya serta surat pengikut Paulus yang mencatat kesaksiannya.

Surat-surat Paulus yang mengandung kisah dan doktrinnya mendominasi tempat dalam Perjanjian Baru. Bandingkan dengan kisah Yesus yang hanya dicatat 4 (empat) Injil Kanonik, itupun kisah yang sama antara penulis Injil Kanonik tentang kelahiran sampai penyaliban Yesus, hanya saja ada perbedaan versi yang menimbulkan beberapa kontradiksi. Bahkan 17 (tujuh belas) tahun kisah Yesus dalam Bible hilang. Sebelum membahas lebih jauh, mari kita ketahui siapakah Paulus dari Tarsus ini.

Siapakah Paulus Tarsus?

Nama aslinya adalah Saulus, lahir di Asia Kecil yang disebut Tarsus tahun 2 Masehi. Nama Paulus merupakan nama latin dari Saul. Ayahnya berasal dari suku Benyamin, termasuk Golongan Yahudi peranakan. Sama seperti ayahnya, awalnya Paulus adalah penganut hukum Taurat yang fanatik akibat didikan ayahnya.

Filipi 3:6 tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.

Sejak muda Paulus sangat tertarik pada kebudayaan Yunani (Heleneisme), terutama pelajaran filsafatnya. Ini karena pada zamannya kota Tarsus merupakan kota perniagaan yang ramai dan merupakan pelintasan dari Timur ke Eropa (Roma). Pada masa itu juga dikota Tarsus terdapat lembaga pendidikan Yunani, candi dewa-dewa, berhala peribadatan Yunani, dan tempat hiburan lainnya yang disukai orang-orang Yunani. Sehingga ilmu yang didapat Paulus banyak dari persinggungannya terhadap orang Yunani dan kebudayaannya.

Dengan demikian, tergabung dalam dirinya dua pengaruh:

1.    Pengaruh didikan berdasarkan hukum Taurat yang kuat dari keluarganya.
2.    Pengaruh kebudayaan Yunani yang mempengaruhi masyarakat dikota itu.

Dua pengaruh tersebut sangat menentukan kehidupan Paulus nanti sebelum dan sesudah dia mengaku rasul.

Mengenai Paulus, dia bukanlah orang Nazareth dan bukan pula orang Yerusalem. Hal ini membuktikan sejak muda hingga tua Paulus tidak pernah berhubungan dengan lingkungan Yesus atau Isa Almasih. Semasa hidupnya Paulus tidak pernah bertatap muka dan berhubungan langsung dengan Yesus. Paulus bukanlah murid Yesus juga bukan pengikutnya baik di Yerusalem atau di Nazareth. Bahkan sebaliknya justru Paulus merupakan musuh dari pengikut-pengikut Yesus dan bertindak kejam sekali terhadap mereka, dia mengambil peranan penting dalam menganiaya orang-orang Nasrani generasi awal.

Banyak orang Nasrani dipenjarakannya, dianiaya dalam rumah sembahyang, dan dipaksa menyangkal Yesus. Paulus juga menyetujui pembunuhan terhadap orang Nasrani karena dia memandang para pengikut Yesus hanya sebagai ancaman agama dan politik terhadap negara. Oleh karena itu, dia menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat pedih dan mengusir mereka baik didalam ataupun diluar Yerusalem (Al-Quds).

Kisah Para Rasul 8:3 Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara.
Galatia 1:13 Sebab kamu telah mendengar tentang hidupku dahulu dalam agama Yahudi: tanpa batas aku menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya.
I Korintus 15:9 Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.

Nasrani generasi awal yang dimaksud bukanlah yang menuhankan Yesus atau mengakui Yesus sebagai Tuhan, melainkan yang berpendirian tetap bahwa Yesus hanyalah utusan Allah. Dimana setelah munculnya Kekristenan Paulus yaitu Trinitarian, Nasrani pertama tersebut akrab dikenal sebagai kaum Unitarian. Dan setelah melalui keputusan Konsili Nicea 325 H dimana didominasi kaum Trinitarian, kaum Unitarian tersebut kemudian ditangkap, disiksa, dibunuh, dan dianggap sesat karena mempertahankan ajaran Teologinya.

Benarkah Paulus Seorang Rasul?

Setelah mengetahui bahwa pada dasarnya Paulus bukanlah siapa-siapa dari Yesus, bukan muridnya bahkan adalah musuh pengikutnya, sekarang kontroversi yang akan dibahas adalah pengakuan Paulus sebagai rasul. Terkait kerasulannya, ceritanya seperti ini: "Ketika Paulus diserahi tugas untuk menganiaya, membunuh, dan menghabisi umat Nasrani (Bukan Kristen, karena Kristen produk Paulus jauh sesudah Nasrani) dari Yerusalem menuju Damsyik, tiba-tiba Paulus melihat cahaya dari langit (Ini kesaksian Paulus sendiri, bukan dari orang lain) lalu didengarnya suara mengatasnamakan Yesus. Dan dari suara itu, kata Paulus, Yesus telah mengangkatnya sebagai rasul!". Cerita tersebut dicatat Lukas yang merupakan salah satu periwayat Injil dari kesaksian Paulus seorang.

Kisah Para Rasul 9:1-9
9:1 Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar,
9:2 dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.
9:3 Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia.
9:4 Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?"
9:5 Jawab Saulus: "Siapakah Engkau, Tuhan?" Kata-Nya: "Akulah Yesus yang kauaniaya itu.
9:6 Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat."
9:7 Maka termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang juga pun.
9:8 Saulus bangun dan berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa; mereka harus menuntun dia masuk ke Damsyik.
9:9 Tiga hari lamanya ia tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan dan minum.

Surat ini dicatat Lukas, murid Paulus yang hanya mendengar cerita ini dari Paulus sendiri dan bukanlah saksi mata dari perjalanan Paulus. Lukas tidak pernah berjumpa dengan Yesus, dia adalah seorang tabib kemudian menjadi Kristen, pengikut Paulus.

Dengan bekal ilmu filsafat Yunani dan kepiawaiannya berbicara, akhirnya Paulus berhasil mengangkat dirinya menjadi rasul pada ajaran yang dibangunnya sendiri berdasarkan teologi mazhab STOA yang dapat menyamakan kedudukan Tuhan dengan makhluk ciptaan-Nya. Secara realistis kerasulan Paulus diangkat dari pengakuannya sendiri tanpa adanya rekomendasi dari Yesus apalagi dari Tuhan.

Ramalan Yesus akan Penyesatan Umat

Banyak dalam nubuat Yesus mensinyalir kepada muridnya agar selalu "waspada" terhadap berbagai bentuk penyesatan.

Matius 7:15 Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.

Setelah pengakuan Paulus bahwa dia diangkat menjadi rasul, lalu apakah yang terjadi dengan ajaran Yesus? Benarkah Paulus melestarikan ajaran Yesus atau malah merusak ajaran Yesus? Jawaban dari pertanyaan ini sangat menentukan. Dari sinilah pertalian antara persamaan teologi Islam dan Kristen terputus. Tanpa ada niat untuk memvonis tanpa dasar, lihatlah perbedaan-perbedaan pokok ajaran Yesus dan ajaran Paulus berikut:

Yesus tetap mengakui legitimasi "Hukum Taurat" berlaku bagi para pengikutnya:

Matius 5:17-19 5:17 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
5:18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
5:19 Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.

Sementara Paulus berpendapat Hukum Taurat sudah diganti dengan "Iman kepada penyaliban Yesus" dalam rangka menebus dosa manusia:

Galatia 2:16 Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorangpun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat.

Dengan demikian, menurut Paulus, syariat Tuhan tidak berlaku lagi. Padahal Hukum Taurat merupakan bagian dari ajaran Yesus yang wajib dilaksanakan oleh umatnya sesuai perkataan Yesus sendiri.

Yesus menolak dirinya dipertuhankan, dia sendiri mengaku hanya utusan Allah Yang Maha Esa:

Matius 4:10 Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
Markus 12:29 Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.
Yohanes 17:3 Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.

Sedangkan Paulus mengangkat Yesus sebagai Tuhan:

I Korintus 8:6 Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.

Paulus berusaha mendoktrin orang lain bahwa hanya dengan meyakini Yesus sebagai Tuhan dan percaya Yesus telah bangkit diantara orang mati maka ia akan diselamatkan. Dalam ajaran Paulus, Yesus lebih dipromosikan sebagai Tuhan dibandingkan dengan Tuhan Allah. Bandingkan dengan pernyataan-pernyataan Yesus yang lebih menonjolkan Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa.

Masih banyak perbedaan antara ajaran Yesus serta ajaran Paulus, agaknya dasar dari pokok ajaran diatas sudah cukup mewakili karena masih banyak nubuat-nubuat yang disampaikan Yesus untuk selalu "waspada" yang akan dibahas selanjutnya. Dapat dilihat realitasnya ajaran Kristen dewasa ini lebih dekat kepada doktrin yang dikembangkan Paulus dan sangat jauh dari ajaran Yesus yang murni. Jika pertanyaannya dikembalikan apakah Paulus melestarikan ajaran Yesus atau malah merusak ajaran Yesus?

Nubuat Yesus lainnya dapat dilihat dalam ayat-ayat berikut:

Matius 24:4-5 Jawab Yesus kepada mereka: "Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan
menyesatkan banyak orang.
Markus 13:5-6 Maka mulailah Yesus berkata kepada mereka: "Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Akan datang banyak orang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan mereka
akan menyesatkan banyak orang.
Lukas 21:8 Jawab-Nya: "Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka.

Pada intinya apa yang ingin ditekankan Yesus dalam nubuatnya adalah waspadalah terhadap penyesatan. Demikianlah sebagian kecil perbedaan tentang ajaran Yesus dan Paulus.

Paulus Dan Farisi

Sinyalir Yesus lainnya kepada pada murid untuk waspada adalah waspada terhadap orang Farisi.

Matius 16:6-12
16:6 Yesus berkata kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki."
16:11 Bagaimana mungkin kamu tidak mengerti bahwa bukan roti yang Kumaksudkan. Aku berkata kepadamu: Waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki."
16:12 Ketika itu barulah mereka mengerti bahwa bukan maksud-Nya supaya mereka waspada terhadap ragi roti, melainkan terhadap ajaran orang Farisi dan Saduki.
Lukas 12:1 Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi.
Markus 8:15 Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya: "Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes."

Dari kecaman-kecaman Yesus diatas, dapat diketahui bahwa golongan orang Farisi adalah seorang yang munafik, menyesatkan seseorang masuk kedalam kerajaan sorga, bersifat penipu, memasukkan seseorang dalam ajaran yang menuntun keneraka dan memperburuk orang tersebut, mengabaikan hukum penting Taurat, tampak manis diluar tapi pribadi dirinya rusak, dalamnya penuh dengan kebusukan, memberhalakan nabi dan orang saleh, serta lain sebagainya. Ironisnya Paulus sendiri adalah orang Farisi. Dari situlah saya berkesimpulan untuk menolak Paulus sebagai rasul.

Al-Quran
Al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Muhammad (sebagai utusan Tuhan atau rasul) sebagai mukzizat. Disampaikan oleh Allah sendiri melalui perantara malaikat Jibril. Dalam teologi Islam Al-Quran diyakini adalah murni wahyu dari Allah. Al-Quran memuat aturan – aturan kehidupan manusia di dunia. Al-Quran merupakan petunjuk bagi umat manusia. Al-Quran diturunkan secara berangsur – angsur kepada Muhammad selama kurang lebih 22 tahun.

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran? Kalau sekiranya Al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentu mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. Q.S. Al-Nisa’ (04): 82.

Alif lam ra, (inilah) kitab yang ayat – ayatnya disusun rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. Q.S. Hud (11): 01.

Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar – benar Kami pegang dia pada tangan kanannya, kemudian benar – benar Kami potong urat tali jantungnya. Maka, sekali – kali tidak ada seorang pun dari kalian yang dapat menghalangi (Kami) dari pemotongan urat nadi itu. Q.S. Al-Haqqah (69): 44-47.

Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat – buat, akan tetapi membenarkan (kitab – kitab) sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk serta rahmat bagi kaum yang beriman. Q.S. Yusuf (12): 111.

Al-Quran juga banyak bercerita tentang umat manusia yang terdahulu. Padahal seperti kita tahu Muhammad adalah seseorang yang buta huruf atau tidak pandai dalam baca tulis. lagi pula tidak ada yang mengetahui  informasi – informasi seperti itu selain Ahli Kitab yang betul – betul dalam ilmunya. Tak jarang para pemuka Yahudi menguji Muhammad dengan sejumlah pertanyaan tentang kisah para nabi terdahulu dengan segala peristiwa yang mereka alami. Untuk menjawabnya turunlah ayat – ayat  yang menjelaskan poin – poin yang mereka tanyakan seperti Yusuf/Joseph, Musa/Moses, Ibrahim/Abraham serta kandungan kitab – kitab terdahulu seperti Taurat, Zabur, dan Injil. Hal ini menakjubkan pasalnya jarak antara kitab – kitab tersebut diturunkan sangatlah jauh. Misalnya jarak antara diturunkannya Injil dan Al-Quran yang mencapai 6 abad rentang waktunya.  Daerah yang diilhami dari kitab tersebut juga berbeda Injil berkembang di daerah Jerusalem yang menggunakan bahasa aram dalam teks aslinya, sementara Al Quran ditulis dengan bahasa arab dan berkembang di daerah Mekah dan Madinah yang bahkan para sejarawan barat tidak memiliki informasi sedikitpun tentang daerah ini sebelum diturunkannya Al-Quran.

Kemukzizatan Al-Quran

Dalam teologi Islam dijelaskan bahwa Al-Quran adalah mukjizat yang paling besar yang diturunkan oleh Allah Tuhan semesta alam. Beberapa mukjizat yang terbukti sebagai berikut:

Kemurnian Al-Quran

Kemurnian Al-Quran disini yang dimaksud adalah terpeliharanya kitab ini dari berbagai bentuk penyesatan. Terbukti dari wahyu ini diturunkan kepada Muhammad Al-Quran sama sekali tidak mengalami perubahan dalam isinya. Dalam firmanNya Tuhan menuturkan bahwa Al-Quran ini terpelihara kemurnian isinya karena memang dipelihara oleh Allah. Ayat – ayatnya dituturkan sebagai berikut:

Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. Q.S. Al-Hijr (15): 09.

Yang tidak datang kepadanya (Al-Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji. Q.S. Fushshilat (41): 42.

Kisah Firaun

Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu (Firaun) supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang – orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami. Q.S. Yunus (10): 92.

Ayat ini diturunkan jauh sebelum jasad Firaun ditemukan. Saat ini jenazah Firaun yang ditemukan pada abad ke 19  diabadikan dalam Museum Mesir di Kairo. Dengan demikian, keraguan – keraguan sementara orang telah terbantahkan sendiri oleh fakta dan temuan sejarah yang semakin hari semakin membuktikan kebenaran Al-Quran.

Perumpamaan

Al-Quran juga banyak menerangkan ajaran hidup dengan berbagai perumpamaan yang juga digunakan Isa Almasih untuk mengembangkan ajarannya. Dengan ini semakin jelas keterkaitan bahwa Injil merupakan kitab sebelum Al-Quran.

Dan sesungguhnya Kami telah mengulang – ulangi bagi manusia dalam Al-Quran ini bermacam – macam perumpamaan, tetapi manusia adalah makhluk yang paling bayak membantah. Q.S. Al-Kahf (18): 54.

Dan sungguh telah kami buat dalam Al-Quran ini segala macam perumpamaan untuk manusia. Q.S. Al-Rum (30): 58.
Kaitan Antar Kitab - Kitab

Ramalan Para Nabi akan Kedatangan Isa Almasih

Banyak pengabaran yang dapat kita temukan dalam Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tentang dua orang nabi dalam tiga situasi:

Pertama, adalah pengabaran perihal kenabian Isa Almasih. Para nabi Israel telah mengabarkan kedatangan seorang nabi dalam sosok Isa putra Maryam yang akan mengajar umat manusia tentang hikmah dan kearifan. Nabi yang banyak mengabarkan hal itu adalah nabi Daud. Maka ramalan itu dinantikan oleh setiap orang Israel dengan harapan bahwa Sang Mesiah akan turun untuk membebaskan mereka dari penindasan dan memenangkan bangsa Israel dari musuh mereka.

Kedua, adalah pengabaran tentang nabi Muhammad yang telah diberitakan oleh segenap nabi, termasuk nabi – nabi Bani Israel, yakni tentang seorang nabi dari keturunan Ismail putra Ibrahim, diutus pada akhir zaman kepada seluruh umat manusia. Ia datang untuk mengajarkan syariat yang adil mencakup segala aspek kehidupan. Ia diperintahkan untuk berjihad dan ia akan dikuatkan dengan pertolongan Allah. Syariat yang dibawanya menjadi pamungkas syariat dan bahwa misi kerasulannya universal.

Ketiga, pengabaran tentang kembalinya Almasih pada akhir zaman, menjelang terjadinya kiamat untuk emerangi orang kafir dan menegakkan hukum Tuhan di bumi.

Ada kesalahpahaman  di kalangan orang – orang Yahudi secara umum, demikian pula di kalangan orang – orang Nasrani. Akibatnya, misi kenabian Almasih di satu pihak dan misi nabi akhir zaman yang diperintahakan untuk berjihad dengan misi Almasih yang datang menjelang Hari Kiamat menjadi kabur dan bercampur aduk. Oleh karenanya, orang – orang Yahudi terpasung pada harapan dan penantian yang akan datangnya Mesiah atau Almasih dalam sosok seorang raja yang diharapkan mampu mengobarkan semangat juang abngsa Israel serta menundukan musuh – musuh mereka mendirikan kerajaan Tuhan. semua pengabaran menyangkut Mesiah dan nabi akhir zaman dipahami dalam wacana sedemikian rupa sehingga orang – orang Yahudi tidak mengakui kenabian Isa Almasih dan Muhammad sekaligus, sedang orang – orang Nasrani meyakini bahwa Mesiah yang dimaksud pengabaran itu adalah Isa Almasih, dan dengan demikian mereka tidak mengakui kenabian Muhammad. Hanya saja mereka mempercayai kembalinya Isa Almasih pada akhir zaman menjelang Hari Kiamat untuk menyelamatkan para pengikutnya dan menghukum musuh – musuh mereka.

Dan (ingatlah pula) ketika Isa putra Maryam berkata: ‘Hai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kamu, membenarkan apa yang sebelumku, yakni Taurat, dan memberi berita gembira dengan seorang Rasul yang akan datang sesudahku, namanya Ahmad.’ Lalu, ketika dia datang kepada mereka dengan keterangan – keterangan. Q.S. ash-Shaff (61): 6.

Kesamaan ajaran Injil dan Ajaran Islam (Quran & Hadist)

Terus terang saya heran ketika melihat keterkaitan antara kitab – kitab ini. Sungguh saya meyakini keterkaitan ini sebagai firman Tuhan. beberapa kaitan tersebut antara lain dijelaskan dalam ayat – ayat berikut:

Misalnya perumpamaan biji sawi dalam Injil:
Hal kerajaan surga itu seumpama biji sawi yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. Memang biji itu yang paling kecil di antara segala jenis benih, tetapi apabila ia sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar daripada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon sehingga burung – burung di udara datang bersarang pada cabang – cabangnya” (Matius 13: 31-32).

Al-Quran pun mempergunakan biji sawi sebagai bahan perumpamaan,  seperti pada ayat berikut:

Dan walaupun (amal baik) hanya sebiji sawi,[1] pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan. Q.S. al-Anbiya (21): 47.

Mukjizat Isa Almasih

Isa Almasih memiliki mukjzat yang banyak diterangkan dalam Injil maupun Al-Quran. Sekali lagi hal ini membuat saya heran karena kesamaan mukjizat yang terjadi dalam kedua kitab tersebut. dalam Al-Quran tercantum sebagai berikut:

Serta (akan diutus menjadi) Rasul kepada bani Israil (yang berkata kepada mereka): ‘Sesungguhnya aku datang kepada kamu dengan membawa satu tanda (yakni mukzizat) dari Tuhan Pemelihara kamu (yaitu),  sesungguhnya aku membuat untuk kamu dari tanah (sesuatu yang) berbentuk seperti burung; kemudian aku meniupnya, lalu ia menjadi seekor burung dengan izin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah; serta aku kabarkan kepada kamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah tanda (kebenaran kerasulanku) bagi kamu, jika kamu orang – orang mukmin. Q.S. Ali Imran (3): 49.

Sementara dalam Injil tertulis pula mukjizat tersebut sebagai berikut:
1.    Isa Almasih menghidupkan kembali anak kepala rumah ibadah. (Matius 9: 18)
2.    Isa Almasih menyembuhkan orang yang buta sejak lahir. (Yohanes 9: 1-7)

Kesamaan dalam Ajaran Bersedekah

Kita sangat sering mendengar ungkapan sedekah secara sembunyi – sembunyi. Dalam Injil dan Hadist pun hal ini dibahas. Keduanya mengatakan bahwa jika memberi sedekah hendaknya tangan kiri tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh tangan kanan.

Dalam Injil tertulis:

Sesungguhnya mereka telah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, jangan engkau diketahui tangan kirimu apa yang dibuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Dia yang melihat tersembunyi akan membalasnya kepadamu” (Matius 6: 1-4).
Sementara Islam juga menuturkan hal tersebut di dalam Hadist:

Salah satu dari golongan manusia yang kelak akan mendapat naungan Allah di hari kiamat  kelak adalah mereka yang selalu membuat kebajikan secara berahasia sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dilakukan tangan kanan berikan (Sahih Al-Bukhari Vol.2 Hadis 504)

Ayat Injil yang menyiratkan kenabian Muhammad:

“Janganlah gelisah hatimu. Percayalah kepada Allah dan percaya juga kepadaku. Di rumah Tuhanku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu aku akan mengatakannya kepadamu. Sebab aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. dan apabila aku telah pergi ke situ dan telah menyediakn tempat bagimu. Dan apabila aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatku supaya di tempat di mana aku berada, kamu berada. Dan ke mana aku pergi, kamu akan menuruti segala perintahku. Aku akan meminta pertolongan Tuhan dan Dia akan memberikan kepadamu Penolong yang lain, supaya ia menyertai kamu selama – lamanya” (Yohanes 14: 1-16).

Para sejarawan Masehi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan redaksi “Penolong yang lain” itu adalah Isa Almasih sendiri ketika ia turun dari langit dan kembali ke bumi. Sedangkan kaum Muslim berpendapat bahwa redaksi injil tersebut mengandung pengabaran akan kedatangan Nabi Muhammad, sebagaimana ditegaskan Al-Quran:

Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata: ‘Hai bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelum aku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku yang namanya Ahmad (Muhammad).’ Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti – bukti yang nyata, mereka berkata: ‘Ini adalah sihir yang nyata’ Q.S. ash-Shaff (61):6.

Bukti secara linguistik yang menerangkan hal ini:

Para Ilmuan bahasa menyatakan bahwa bahasa yang digunakan oleh Isa Almasih dalam menyampaikan ajarannya adalah bahasa Aram. Sabda – sabda da ajaran Isa Almasih kemudaian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, bersamaan dengan raibnya ajaran Almasih yang tertulis dalam bahasa Aram. Mereka meyakini bahwa kata Peraklet atau Perakletos yang terdapat dalam Injil berbahasa Yunani merupakan format kata kerja dari kata puja, atau berarti “pujilah” yang dalam bahasa Arab adalah Ahmad.
Kesimpulan

Akhirnya saya mengambil kesimpulan dengan mengutip perkataan teman saya yang berpindah agama dari Kristen menjadi Islam.

“Logikanya sederhana, Jika Isa Almasih Tuhan berwujud manusia, jadi mengapa dia masih berdoa? Jika dia berdoa, dia berdoa kepada siapa? Terlalu narsis jika ia mendoakan dirinya sendiri. nah galau kan?”

Sehingga akhirnya saya memutuskan untuk menjadi seorang muslim(yang berserah diri) secara utuh.




[1] Satu kilogram biji sawi terdiri atas 923.000 butir. Berat satu butir biji moster hanya sekitar satu per seribu gram, atau kurang lebih 1 miligram, dan merupakan biji – bijian paling ringan yang dikethui umat manusia sampai sekarang.
Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

7 comments

  1. Jika Allah SWT. itu Tuhan kenapa bersalawat untuk Nabi Muhamad ??? mendoakan keselamatan sang rasul..kepada siapa dia berdoa ? berarti ada yang lebih tinggi dari Alah swt..ya TUHAN YESUS...!!!

    “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab : 56)

    Lalu Kata Muhamad menjelang wafat :" hubungkan aku dengan TEMAN YANG MAHA TINGGI "..Teman yang MAHA TINGGI ternyata Adalah ISA ALMASIH PUTRA MARYAM SANG JURU SELAMAT...MUHAMAD MINTA SAFAAT UNTUK DIAMPUNKAN DOSANYA KEPADA ISA PUTRA MARYAM (YESUS KRISTUS)..

    ReplyDelete
  2. hahaha..dasar bego',nah lo da jwb sendiri bhw bersalawat untuk Rasulullah itu adalah salam penghormatan..Eli,Eli,Eli syabakhtani,ada Wedus!!(anak domba) bego disini.!!

    ReplyDelete
  3. hahaha..dasar bego',nah lo da jwb sendiri bhw bersalawat untuk Rasulullah itu adalah salam penghormatan..Eli,Eli,Eli syabakhtani,ada Wedus!!(anak domba) bego disini.!!

    ReplyDelete
  4. Penejelasan penulis yg sangat Baik!
    Sedikit berpihak,Tapi tidak menjatuhkan..
    Menambah wawasan untuk Lebih belajar terbuka untuk menerima yg terbaik.

    ReplyDelete
  5. Penejelasan penulis yg sangat Baik!
    Sedikit berpihak,Tapi tidak menjatuhkan..
    Menambah wawasan untuk Lebih belajar terbuka untuk menerima yg terbaik.

    ReplyDelete
  6. Penejelasan penulis yg sangat Baik!
    Sedikit berpihak,Tapi tidak menjatuhkan..
    Menambah wawasan untuk Lebih belajar terbuka untuk menerima yg terbaik.

    ReplyDelete
  7. *Ulangan 6:4
    (Musa berkata) Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!

    *Markus 12:29
    Maka jawab Yesus kepadanya, "Hukum yang terutama inilah: Dengarlah
    olehmu, hai Israel, adapun Allah Tuhan kita, Ialah Tuhan yang Esa;

    *Al-Ikhlas 112:1
    Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa.


    Semua kitab mengajarkan kita tauhid, menyembah hanya satu saja yaitu Allah. Cuma anehnya adalah pada pengajar (general) mengajarkan dengan sebutan berbeda-beda, sehingga banyak pemahaman yang menjadikan bias. Semoga kebenaran akan datang kepada hati yang bersih, terbuka dan mau menerima kebenaran tersebut...aamin

    ReplyDelete

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© Angkringan Intelektual
Designed by BlogThietKe Cooperated with Duy Pham
Released under Creative Commons 3.0 CC BY-NC 3.0
Posts RSSComments RSS
Back to top