“Once in a while it really
hits people that they don’t have to experience life in the way they have been
told to”
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan bersih
dan suci, maka kedua orang tua kitalah yang membuat kita Yahudi, Nasrani,
Majusi, ataupun Islam.”
Tulisan ini merupakan
refleksi dari penelaahan ayat – ayat dari berbagai kitab yang saya lakukan. Ketika
pertama mencoba menelaah berbagai ayat tersebut, saya heran karena begitu
banyak kaitan antara kitab satu dengan kitab yang lain. Misalnya Al-Quran yang
mengetahui kisah para nabi terdahulu yang juga ditulis dalam kitab – kitab sebelumnya
(Taurat, dan Injil). Padahal jelas – jelas Al-Quran turun di tempat yang jauh
dari peradaban turunnya Taurat dan Injil. Keterkaitan itulah yang memacu saya
untuk melihat persamaan dan pertentangan di berbagai kitab, serta mencari
kebanaran yang hakiki. Sebenarnya manakah yang benar, dan mana yang salah? Bukankah
kebenaran hanya ada satu? Dalam matematika jawaban benar hanya satu. Dan saya
meyakini bahasa matematika adalah salah satu bahasa Tuhan yang paling logis. Terlebih
dahulu saya akan membahas kendala bahasa, perbedaan fonemik dan fonetik dalam
kitab – kitab tersebut yang sebenarnya adalah sama. Namun karena lintas
kebudayaan kadang ejaan tersebut menjadi kabur.
Perbedaan
Fonemik dan Fonetik
Perbedaan fonetik dan
fonemik adalah perbeaan dalam pengucapan dan penggambaran dari suatu hal yang
sebenarnya satu kejadian atau satu objek, namun karena perbedaan lintas budaya
hal ini menjadi rancu. Untuk lebih jelasnya saya akan menjelaskan dengan contoh
sebagai berikut:
Misalnya tokoh Zakharia
(Zacharia, Zakariya) yang merupakan ayah dari Yahya (dalam Al-Quran) atau
Yohanes Pembaptis (dalam Alkitab). Dalam bahasa Ibrani ia disebut sebagai
Zakharia. Konsonan kh dalam bahasa Ibrani acapkali beralih mendahului k jika
didahului oleh vokal. Nama Zakharia atau Zakariya terdiri dari dua suku kata: zakhari yang sepadan dengan kata dzikir
dalam bahasa Arab, sdangkan ya adalah
kependekan dari Yahweh, yaitu nama Allah dalam bahasa Ibrani. Dengan demikian,
nama Zakariya adalah Dzikrullah atau zikir kepada Allah.
Misalnya lagi tokoh Isa
(dalam Quran) atau Yesus (dalam Alkitab). Dalam bahasa Aram Eesho atau Eesaa, dan dalam bahasa Ibrani Yashu
atau Esu, sedangkan orang – orang
Yahudi dan Nasrani di Semenanjung Arab memanggilnya Yasu’. Nama Yasu’ atau
Yesus adalah yang disebut oleh Injil dalam bahasa Arab. Tetapi, Al-Quran mempergunakan nama Isa, bukan Yasu. Karena
kata Yasu’ berakar dari sa’a dan yasu’u yang mengandung konotasi makna lenyap,
karena menurut kepercayaan Islam Isa tidak binasa di tiang salib.
Beberapa penyebutan lain
yang berbeda secara fonetik dan fonemik:
·
Moses
(Musa)
·
David
(Daud)
·
Jesus
(Isa)
·
Mohammed
(Muhammad)
·
Abraham
(Ibrahim)
·
Adam
(Adam)
·
Noah
(Nuh)
·
Hood
(Hud)
·
Louth
(Luth)
·
Ishmael
(Ismail)
·
Isaac
(Ishak)
·
Jacob
(Ya’kub)
·
Joseph
(Yusuf)
·
Aaron
(Harun)
·
Solomon
(Sulaiman)
·
Elias
(Ilyas)
·
Zachariah
(Zakariya)
·
John
(Yahya)
Kitab – Kitab
Injil
Injil dalam bahasa Inggris
adalah Gospel, gabungan dari dua
kata, yakni God dan spell, dari kata tersebut Injil dimaknai
sebagai pengabaran atau pemberitaan perihal sesuatu yang menggembirakan,
bertutur tentang sabda – sabda Isa Almasih dan perbuatannya semasa hidup. Atau bahwa Injil itu dimaknai sebagai
kumpulan materi ajaran yang dinukil oleh orang – orang Masehi generasi pertama
secara lisan. Pada masa selanjutnya, terdorong oleh kebutuhan gereja akan
materi pendidikan moral spiritual dan konsep – konsep peribadatan untuk tujuan
mempertahankan paham dan kepercayaan Masehi, maka materi pengajaran itu ditulis
dan dibukukan dalam sekian banyak versi. Untuk membedakan antara masing –
masing naskah, maka dinamakanlah seperti halnya Injil Markus sebab ia ditulis
berdasarkan riwayat yang disampaikan oleh Markus, atau Injil Matius yang
ditulis berdasarkan riwayat dari Matius, dan seterusnya.
Naskah – naskah Injil itu,
hingga yang paling tua sekalipun, ditulis bukan semasa hidup Isa Almasih,
melainkan jauh sesudah itu, yakni tiga puluh lima tahun kemudian. Faktor
keterlambatan penulisan Injil tersebut disebabkan oleh kenyataan bahwa orang
Masehi generasi pertama mayoritas bukanlah kaum yang terpelajar sehingga mereka
tidak melihat urgensi pencatatan perkataan dan perbuatan Isa Almasih pada
kesempatan pertama. Faktor lain yang menghambat penulisan perbuatan dan
perkataan Isa Almasih adalah bahwa lahirnya paham kembalinya Isa Almasih dalam
waktu dekat. Keyakinan tersebut menjadikan kondisi psikologis umat Masehi
terarah kepada semangat menantikan kembalinya Sang Mesiah sehingga menyita
perhatian untuk memikirkan upaya melakukan
penulisan peristiwa yang terjadi di masa lalu menyangkut sabda dan
perbuatan Isa Almasih. Terakhir, bahwa penindasan terhadap orang – orang Masehi
generasi pertama yang dilakukan oleh orang Yahudi yang berusaha keras
merintangi aktivitas dakwah dan pengajaran wahyu Isa Almasih, tidak sekejap pun
memberikan kesempatan kepada mereka untuk mencatat ajaran yang disampaikan oleh
sang nabi.
Namun, ketika generasi
pertama yang menyertai Isa Almasih hampir punah, seiring dengan semakin jauhnya
harapan akan turunnya kembali Isa Almasih, maka semakin terasalah kebutuhan
pada adanya upaya menuliskan perjalanan hidup sang nabi oleh generasi kedua.
Dengan demikian, dimulailah penulisan Injil pada berpuluh tahun menyusul
diangkatnya Isa Almasih ke langit atau sesudah wafat atau terbunuhnya para
murid. Akhirnya, dipilihlah empat dari sekian banyak naskah Injil yang hingga
sekarang menjadi rujukan gereja – gereja di seluruh dunia, yakni Injil Matius,
Markus, Lukas, dan Yohanes. Pemilihan naskah – naskah Injil tersebut
berlangsung pada pertengahan abad ke-2 Masehi.
Injil – Injil yang beredar
saat ini merupakan terjemahan dari Injil berbahasa Yunani atau Koine, yang juga
merujuk pada naskah berbahasa Aram. Segenap pendapat dari berbagai kalangan
menyepakati bahwa Injil – Injil itu tidak satu pun darinya yang berisikan
ucapan Isa Almasih yang diriwayatkan
atau didengar secara langsung oleh para penulisnya. Bahkan, Injil kedua dan
ketiga dalam Perjanjian Baru ditulis oleh dua penulis Masehi yang tidak pernah
bersua Isa Almasih dan tidak pernah mendengar perkataannya secara langsung.
Kedua penulis Injil yang dimaksud adalah Markus dan Lukas. Markus menulis Injil
berdasarkan pada apa yang ia dengar dari Petrus sang rasul secara acak dan
tanpa ada niat dari sang penulisnya untuk menyusunnya dalam satu buku.
Pencatatan itu dikerjakan oleh Markus di Roma menyusul kematian Petrus antara
tahun 67 hingga tahun 70 M. Sedangkan Lukas adalah sahabat Paulus, yang
menuliskan Injil berdasarkan apa yang didengarnya dari Paulus tentang perkataan
Almasih. Kemungkinan besar Lukas menambahnya dengan sebagian isi naskah Injil
dalam bahasa Aram yang hilang dan sebagian ari kandungan Injil Markus.
Penulisan itu kurang lebih dilakukan pada 80 M.
Jika kita hendak bersikap
objektif, maka kita tidak mungkin mengingkari kenyataan bahwa Injil selama ini
merupakan referensi utama dalam penulisan sejarah kehidupan Isa Almasih. Adapun
adanya perbedaan antara masing – masing versi masih dalam batas kewajaran,
dipandang dari sudut besarnya kendala yang menghalangi penulisan. Maka dengan
demikian, penolakan secara total terhadap Injil sebagai referensi paling utama
dalam sejarah hidup Isa Almasih menjadi lebih rumit daripada penerimaannya.
Matius. Injil Matius berbicara
kepda orang – orang Yahudi dan berupaya keras untuk menutup – nutupi sikap
mereka yang anti terhadap ajaran Masehi dan menuangkan ungkapan – ungkapan
sejalan dengan keinginan Rumah Suci di Yerusalem pertengahan abad pertama
Masehi. Matius adalah satu – satunya periwayat Injil yang merupakan murid terdekat Isa Almasih.
Pertemuan pertama Matius dan Isa Almasih dituturkan dalam kalimat – kalimat
berikut: Setelah Isa Almasih pergi dari situ, ia melihat orang yang bernama
Matius duduk di rumah cukai, lalu ia berkata padanya: “Ikutlah aku!” Maka
berdirilah Matius itu lalu mengikuti dia (Matius 9: 9).
Matius yang menyebut
dirinya sebagai pemungut cukai adalah penganut Yahudi yang taat sebelum menjadi
pengikut Isa Almasih. Para sejarawan menilai bahwa Matius memiliki latar
belakang pemikiran helenistik timur dan amat keras menentang orang – orang
Farisi dan kemunafikan mereka, namun di lain pihak ia juga berseberangan dengan
orang Masehi liberal dan terlepas dari aturan syariat Taurat, sebagaimana
dinyatakan oleh Paulus. Dalam Injil yang ditulisakan berdasarkan riwayatnya,
Matius menekankan sabda Isa Almasih: “Janganlah
kamu menyangka bahwa aku datang untuk meniadakan Taurat atau kitab para nabi.
Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu
kata atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum
semuanya terjadi” (Matius 5: 17).
Hal yang patut menjadi
catatan adalah bahwa bagian akhir dari Injil Matius amat diragukan
penisbatannya kepada Isa Almasih, seperti pernyataan berikut: Kata Matius: Isa
Almasih mendekati mereka dan berkata: “Kepadaku
telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu, pergilah,
jadikanlah semua bangsa muridku dan baptislah mereka dalam nama Bapak dan Anak
dan Roh Kudus” (Matius 28: 18-19).
Suatu hal yang dimaklumi
secara meyakinkan bahwa gagasan Trinitas seperti tersebut dalam naskah Injil
Matius itu sama sekali bukan perkataan Isa Almasih. Paham Trinitas atau
Tritunggal baru lahir pada zaman para rasul. Siapa yang mula – mula melontarkan
gagasan Trinitas adalah Paulus. Penulisan Injil Matius pada masa akhir, yakni
antara tahun 85-105 M, memberikan kesempatan bagi para penulisnya untuk
terpengaruh dengan paham – paham kepercayaan lain pada masa itu, dan demikian
pula halnya dengan ketiga penulis Injil lainnya.
Markus. Sebaliknya, Injil Markus
berbicara kepada bangsa – bangsa, bukan kepada umat Israel saja. Markus tampak
tidak berhati – hati dalam memaparkan konsep ketuhanan yang menjadi penghalang
orang – orang Israel konservatif untuk beriman kepada ketuhanan Isa Almasih.
Markus adalah salah seorang dari generas kedua murid Almasih yang berjumlah
tujuh puluh orang. Ia telah menjelajahi berbagai negeri untuk mengajarkan agama
Masehi, kemudian menetap di Mesir sebagai uskup di gereja Alexandria, sebelum
akhirnya mati dalam sebuah upaya pembunuhan yang disengaja. Markus bukanlah
murid Isa Almasih yang hidup semasa dengannya, dan berguru kepadanya, melainkan
berguru kepada Petrus. Injil Markus ditulis dengan sedemikian cermat sesuai
dengan kapasitas pengetahuannya menyangkut apa yang ia ketahui tentang sabda
dan perbuatan Isa Almasih, tetapi tanpa sistematika penulisan dan tanpa terikat
dengan kronologi waktu.
Lukas. Sedangkankan Injil Lukas
ditulis oleh seorang dokter untuk dipersembahkan kepada seorang sahabat
istimewa, Taupilis. Pengabaran dan ajaran Isa Almasih dipaparkan dari sudut
pandang kemanusiaan universal. Lukas bukanlah termasuk murid generasi pertama
Isa Almasih, melainkan murid Paulus. Apa yang ditulis dalam Injilnya adalah apa
yang ia dengar dari Paulus pada kurang lebih tahun 70 M. Injil Lukas dimulai
dengan sebuah paragraf pendahuluan sebagai berikut:
“Banyak
orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa – peristiwa yang
terjadi diantara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang
dari semula adalah saksi mata dan pelayan firman. Karena itu, sesudah aku
menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama, aku mengambil keputusan untuk
membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat mengetahui segala
sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar” (Lukas 1: 1). Lukas tidak mengklaim bahwa
ia menuliskan Injil itu berdasarkan ilham atau pun tuntunan dari Roh Kudus.
Lukas menyatakan dengan maklumat yang dituangkannya dalam Injil merupakan buah
dari kerja keras mencakup pengamatan, pengkajian, dan penelitian cermat atas
segala peristiwa menyangkut diri Almasih sejak masa awal.
Yohanes. Adapun Injil Yohanes,
lebih kental dengan pemikiran filosofis. Pemaparannya diawali dengan uraian
tentang logos; seraya menjelaskan tentang paham inkarnasi, sebagaimana
dimaklumi oleh bangsa Yunani. Injil Yohanes merupakan Injil yang paling terakhir
ditulis dari riwayat Yohanes, salah seorang murid Isa Almasih. Sebagian lain
berpendapat bahwa ia ditulis oleh seorang lelaki darai Efesus, yang juga
bernama Yohanes, yang tidak pernah bersua dengan Isa Almasih. Yohanes murid
Almasih dikenal sebagai penulis Kitab Mimpi – Mimpi yang disusunnya kurang
lebih tahun 96 M. Maka, tidaklah dapat
diduga kebenarannya bahwa penulis dalam satu waktu menulis dua kitab yang
berbeda jauh dari aspek metodologi dan materi penulisannya.
Barnabas. Ini adalah Injil kelima yang
menimbulkan kontroversi besar di seputarnya. Ia adalah Injill yang tidak diakui
oleh Gereja Vatikan dan bahkan dianggap sebagai kitab yang dilarang untuk
ditelaah. Penulis Injil ini, yakni Barnabas, adalah salah seorang dari tujuh
puluh murid Isa Almasih generasi pertama. Maklumat paling mengemuka yang
dinyatakan oleh Injil Barnabas adalah bahwa ia tidak membenarkan ketuhanan Isa
Almasih atau mengingkari keyakinan pada Isa Almasih sebagai anak Allah dan
bahwa Isa Almasih tidak mati disalib. Pada tahun 492 M, Paus Glasius
mengeluarkan ketetapan yang berisi larangan untuk membaca Injil Barnabas.
Menurut hemat saya Injil
Barnabas tidak diakui karena bertentangan dengan landasan teologi yang
didirikan Paulus. Hal ini dikarenakan Injil ini banyak dikenal setelah ajaran
Nasrani berkembang dibawah Paulus. Jika saja kitab ini yang berkembang duluan,
bisa jadi malah ajaran Paulus yang tidak diakui, karena keduanya sangat
bertentangan.
Sama saja, apakah Injil –
Injil itu kembali kepada satu sumber atau lebih dari satu, adalah wajar untuk
mendudukkan Injil – Injil itu sebagai rujukan bagi kaum yang paling dekat
dengan masa kehidupan Isa Almasih.
Konstruksi
Agama Kristen Saat Ini
Pengaruh Yesus atau Isa
Almasih terhdap sejarah kemanusiaan begitu jelas dan besar. Bersama perjalanan
waktu agama kristen telah memperoleh pemeluk amat besar, bahkan yang paling
besar dari agama lain yang ada di dunia. Agama nasrani yang ada saat ini
berasal dari gagasan etika, pandangan
spiritual, serta ide pokok mengenai tingkah laku manusia yang diajarkan oleh
Isa Almasih. Sedangkan Paulus menambahkan
pada ajaran Almasih doktrin –
doktrin teologis dalam bentuk pemujaan terhadap
diri Yesus atau Isa Almasih sebagai Tuhan.
Pertentangan
dalam Injil
Al-Quran menceritakan
tentang pertentangan – pertentangan Injil tersebut dari ayat berikut:
Al-Masih
putra Maryam hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya berlalu sebelumnya
beberapa rasul, dan ibunya adalah seorang Shiddiqah (yakni yang sangat benar
dalam niat, ucapan, dan perilakunya), keduanya senantiasa memakan makanan.
Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (yakni kepada Ahl
al-Kitab) ayat – ayat (yakni bukti – bukti, tanda – tanda, dan argumentasi yang
beraneka ragam), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka dipalingkan (tidak mau
mengerti tentang tanda – tanda itu) Q.S. al-Ma’idah (5): 75.
Paham
Trinitas
Orang – orang Nasrani
meyakini bahwa trinitas yang kudus adalah satu oknum atau yang disebut
hypostasis yang hidup, memiliki kekuasaan untuk berpencar dari satu zat Allah
sehingga memiliki tiga oknum tanpa menciderai kekuasaan-Nya. Dua hakikat yang
hendak diungkapkan oleh paham trinitas adalah:
Pertama;
satu Tuhan sebagai hakikat yang banyak ditemukan oleh al-Kitab, khususnya oleh
Kitab Perjanjian Lama.
Kedua;
tiga oknum atau hypostasis yang secara keseluruhan membentuk satu oknum. Maka
Allah yang Esa menyatakan diri-Nya melalui tiga pribadi:
·
Bapa, sebagai oknum pertama
dalam Tritunggal. Ia tidak dapat dilihat, tidak dapat diraba, dan dan tidak
dapat didekati, tetapi Dia berhubungan dengan makhluk-Nya dari jauh.
·
Anak, sebagai oknum kedua dalam
kesatuan keilahian. Telah menjadi ketetapan Allah bahwa Dia berkkehendak
mendekatkan zat-Nya kepada umat manusia dengan cara menampakkan zat-Nya itu
pada pribadi anak-Nya. Maka turunlah Allah dari langit dan menempati pribadi
Isa Almasih agar dengan demikian Dia hidup di tengah – tengah umat manusia,
bergaul dengan mereka, dan berbicara langsung kepada mereka. Maka dengan
datangnya Isa Almasih, manusia mendapati Tuhan yang dapat dilihat dan dapat
diajak bicara secara langsung.
·
Roh Kudus sebagai oknum ketiga
Tritunggal dan dalam pribadi Roh Kudus Allah melakukan pendekatan kepada
Anak-Nya.
Dalam keempat Injil yang
ada, melalui riwayat – riwayat Katolik maupun Protestan, tidak didapati teks
yang secara tegas menyatakan bahwa Isa Almasih pernah menyebut dirinya Tuhan
atau setara dengan Tuhan atau kalimat – kalimat seperti “Aku Tuhan kamu” atau “Sembahlah
aku” atau kalimat – kalimat yang semakna. Yang banyak ditemukan justru redaksi
seperti “Aku diutus ...” atau “Dia memerintah aku” atau kalimat – kalimat lain
seperti itu. ini menunjukan bahwa Isa Almasih adalah seorang utusan dan seorang
yang diperintah, yang patuh dan tunduk kepada Yang Mengutusnya.
Tidak pula dalam kitab –
kitab suci mereka didapati satu pun redaksi kalimat yang menyebut bahwa Isa
Almasih mengakui dirinya bersama Allah Yang Mahakuasa membentuk satu
kepribadian. Maka dengan demikian, apa pun yang diklaim oleh mereka sebagai
sabda Almasih, pada hakikatnya adalah ucapan orang lain, atau bisa jadi
merupakan hasil penafsiran terhadap sabda Isa, tetapi dengan cara yang keliru.
Sebab, ia bertentangan dngan banyak ayat dalam Injil yang menyatakan secara
lebih tegas sehingga tidak membutuhkan penafsiran.
Jika demikian hakikatnya,
maka wajar jika akal pikiran manusia yang sehat bertanya – tanya, jika Allah
turun dari singgasana keagungan-Nya di langit dan mengubah zat-Nya menjadi
sosok manusia dan menjalani hidup sebagai manusia biasa di bumi, maka dengan
demikian, bukanlah singgasana keagungan-Nya di langi menjadi kosong! Akal
pikiran sehat tentu akan mewajibkan Allah, Tuha semesta alam, sebagai zat yang
memiliki sifat –sifat kesempurnaan mutlak, tersucikan dari segala aib dan dari
sifat yang serba tidak sempurna. Lantas dengan cara apa akal sehat harus
menerima pemakluman bahwa Allah tinggal dalam rahim seorang wanita selama usia
kandungan, kemudian keluar melalui tempat yag sempit dan kotor bersama dengan
darah dan ari – ari sebagai sebuah kebenaran?
Jika pembunuhan diatas
tiang salib benar – benar telah menimpa diri Isa Almasih, maka tentu saja hal
itu pun menimpa Allah, karena Isa Almasih adalah Allah dan Allah adalah Isa
Almasih, sebagaimana paham yang mereka yakini selama ini. pribadi yang satu
tidak dapat disebut “mati” dan “tidak mati”, atau “hina” dan “tidak terhina”
dalam satu waktu. Bagaimana mungkin satu zat disebut Tuhan dan dia juga adalah
makhluk?
Al-Quran dalam hal ini
mengancam kerancuan logika trinitas ini:
Sungguh telah
kafirlah orang – orang yang berkata: ‘Sesungguhnya Allah itu adalah al-Masih
putra Maryam.’ Katakanlah (wahai Nabi Muhammad saw.): ‘Maka siapakah yang kuasa
menghalang – halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan al-Masih
putra Maryam beserta ibunya dan siapa saja yang berada di bumi semuanya?’ Dan
milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan yang ada diantara keduanya Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mahakuasa atas segala sesuatu.
Q.S. al-Maidah (5): 17.
Demi (Allah),
sesungguhnya telah kafirlah orang – orang yang berkata: ‘Sesungguhnya Allah
adalah al-Masih putra Maryam,’ padahal al-Masih berkata: ‘Hai Bani Israil,
sembahlah Allah Tuhan Pemeliharaku dan Tuhan Pemelihara kamu. Sesungguhnya
barang siapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sungguh Allah telah
mengharamkan baginya surga dan tempatnya adalah neraka. Dan tidak ada bagi
orang – orang zalim (satu) penolong (pun)’ Q.S. al-Maidah (5): 72
Merujuk kepada keempat
kitab Injil, kita mendapati banyak pernyataan yang melemahkan kaum Ortodoks
yang meyakini bahwa ketiga oknum itu adalah Tuhan yang satu dan memiliki satu
kehendak. Dalam keempat Injil yang ada, kita temukan sekian banyak ayat yang
menegaskan keterpisahan yang sempurna antara Allah, Isa Almasih, dan Roh Kudus.
Dalam banyak tempat ditegaskan bahwa Baoa lebih tinggi dan lebih agung daripada
Anak. Namun demikian, akal pikiran sehat bertanya – tanya, bagaimana mungkin
ketiga oknum itu dikatakan sebagai tiga Tuhan yang terpisah dan masing – masing
memiliki kehendak sendiri, padahal mereka itu satu? Mungkinkah kita memahami
pernyataan tersebut kemudaian menerimanya sebagai suatu kebenaran akal? Tentu
tidak, dan dengan logika matematika yang amat sederhana, kita katakan bahwa
satu bukan tiga dan tiga bukan satu. Kemudian, mengapa sang Anak menentang
Bapa-nya saat ia berada di atas tiang salib tatkala mulai merasakan penderitaan
dengan megatakan, “ Eli, Eli, lama syabaktani?” (Tuhan, Tuhan, mengapa Engkau tinggalkan
aku?) Apakah itu berarti kehendak manusia menentang kehendak Tuhan?
(Kami
bersumpah bahwa) sesungguhnya telah kafirlah orang – orang yang berkata:
‘Sesungguhnya Allah salah satu dari tiga, ‘padahal tidak sekali – kali tidak
ada Tuhan (yang kuasa dan berhak disembah) melainkan Tuhan Yang Maha Esa semata
– mata. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti
orang – orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksa yang pedih. Q.S.
al-Maidah (5): 73.
Terjerumusnya orang – orang
Nasrani dalam kerancuan tersebut adalah karena adanya sekian banyak teks dalam
Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru yang menegaskan keesaan Allah di satu
sisi, selain teks – teks lain yang menduakan antara Allah dan Isa Almasih di
satu pihak, dan adanya teks – teks lain yang menentang hal itu. maka setiap
golongan dari mereka berupaya untuk menyatukan pertentangan seperti itu hingga
wajarlah jika mereka terjerumus dalam kerancuan berpikir.
Secara khusus Al-Quran
menjelaskan kerancuan tersebut:
Hai Ahl Kitab,
janganlah kamu melampaui batas dalam (melaksanakan) agama kamu dan janganlah
kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya al-Masih, Isa
putra Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya
yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) ruh dari-Nya. Maka
berimanlah kamu kepada Allah dan rasul – rasul-Nya dan janganlah kamu
mengatakan: ‘(Tuhan itu) tiga,’ berhentilah (dari ucapan dan kepercayaan itu).
Itu baik bagi kamu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Mahasuci Allah dari
mempunyai anak, apa yang dilangit dan apa yang ada di bumi adalah milik-Nya.
Cukuplah Allah sebagai Wakil (yakni Pemelihara dan Pelindung kamu semua).
Sekali – kali tiak enggan al-Masih menjadi hamba bagi Allah dan tidak (juga)
malaikat – malaikat yang terdekat. Barang siapa enggan menyembah-Nya dan
menyombongkan diri, kelak Allah akan mengumpulkan mereka semua kepadaNya Q.S.
an-Nisa (4): 171-172.
Pertentangan
dalam Injil Mengenai Pertalian Keturunan Isa Almasih
Cukup mengherankan bila
orang – orang Nasrani menisbatkan pertalian darah Isa Almasih dengan Yusuf yang
disebutnya tunangan Maria, padahal mereka meyakini bahwa Isa Almasih bukan anak
Yusuf dan bahwa Maria adalah anak perawan. Maka penghubungan garis keturunan
Isa Almasih kepada Yusuf, atau klaim mereka bahwa Maria pernah mengatakan Isa
Almasih adalah anak Yusuf, merupakan klaim yang bertentangan dngan kenyataan.
Garis keturunan Isa Almasih
tersebut dalam Injil Matius (1: 1-17) dan Injil Lukas (3: 33-38) dengan
pernyataan yang saling bertentangan. Masing – masing dari kedua Injil tersebut
menisbatkan Isa Almasih kepada Yusuf sebagai suami Mariadan garis keturunan
Yususf terhubung dengan Ibrahim melalui Daud, namun dengan cara yang berbeda,
baik dari sisi nama, sifat, dan jumlah orang yang tersebut dalam garis
keturunan yang dimaksud.
1.
Injil
Matius menyebutkan bahwa Yusuf, suami maria, adalah anak Yakub anak Matan anak
Eleazar. Sedangkan Lukas menyebutkan bahwa Yusuf adalah anak Eli anak matan
anak Lewi.
2.
Dalam
Injil Matius garis keturunan Isa Almasih bertemu pada Salomo (Sulaiman) putra
Daud, sedang dalam Injil Lukas bertemu pada Natan anak Daud.
3.
Diketahui
dari Injil Matius bahwa segenap nenek moyang Yusuf, suami Maria, dari Daud
hingga masa diaspora Yahudi di Babilonia adalah para raja yang terkenal,
sedangkan berdasarkan penjelasan Lukas, mereka bukanlah para raja, terkecual
Natan dan Daud saja.
4.
Injil
Lukas menyebut Sealtiel sebagai anak Neri, sedangkan Matius menyebutnya sebagai
anak Yekhonya.
5.
Dalam
Matius, anak Zerubabel bernama Abihud, sedangkan Lukas menyebutnya Resa.
6.
Dari
Daud hingga Isa Almasih terdapat dua puluh enam generasi, dan dari Ibrahim
hingga Isa Almasih terdapat empat puluh dua generasi menurut Injil Matius.
Sedangkan Markus menyebutkan empat puluh satu generasi dari Daud hingga Isa dan
empat puluh enam generasi dari Ibrahim hingga Isa Almasih.
Inilah pertentangan –
pertentangan yang tidak dapat dipungkiri adanya, padahal kebenaran hanya ada
satu, tidak ada yang lain. Ini sekaligus menunjukan bahwa salah sau dari kedua
Injil tersebut tidak benar. Sepanjag bahwa penetapan mana diantara kedua Injil
itu yang benar belum dapat dibuktikan, maka dengan demikian keraguan yang
timbul terdapat pada kedua Injil itu sampai diketahui yang benar dari yang
salah. Dengan adanya keraguan, maka tidak dapat dipastikan bahwa salah satu
dari kedua Injil itu merupakan wahyu Tuhan.
Jika saja dipandang penting
untuk menguraikan garis keturunan Isa Almasih, sedang dia tidak memiliki ayah
biologis, maka semestinya kita mempertalikannya dengan garis keturunan ibu,
bukan pada lelaki yang diklaim sebagai tunangan Maria. Tidak masuk akal jika
seorang anak dipertalikan nasabnya dengan lelaki yang tidak ada hubungan apa
pun dengan dirinya, baik dari jauh ataupun dari dekat. Inilah yang sangat
mengherankan, justru Injil Matius dengan tegas menyatakan hal itu melalui
penuturan berikut: “Inilah silsilah Yesus
Kristus, anak Daud, Anak Abraham. Yakub memperanakan Yusuf suami Maria yang
melahirkan Yesus yang disebut Kristus” (Matius 1: 1, 23). Adapun Lukas
tidak menyatakan setegas Matius, melainkan hanya mengisyaratkan dengan
pernyataan berikut: “Dan menurut anggapan
orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli” (Lukas (3:23).
Yang dapat kita pahami
adalah tujuan orang Nasrani mengaitkan nasab Isa Almasih dengan Yusuf dan
mereka – reka garis keturunan seperti disebut dalam kedua Injil tersebut adalah
untuk mempertalikan Isa Almasih pada suku Yehuda yang memiliki garis keturunan
dengan Daud sang nabi, dan kemudian mengenakan jubah Daud pada diri Isa Almasih
sebagai seorang Mesiah yang dinantikan kedatangannya oleh orang – orang Yahudi,
dan berakhir dengan mewujudkan cita – cita kembali membangun kerajaan Israel yang
pernah didirikan oleh Daud. Oleh sebab itu, di banyak tempat dalam Injil, kita
mendapati mereka menyebutnya sebagai Isa putra Daud.
Ada pun garis keturunan
Maria, dan demikian pula Yusuf, bertemu dengan suku Lewi dari mana Harun Sang
Nabi dilahirkan, bukan dengan Yehuda, suku nabi Daud berlandaskan pada
argumentasi berikut.
Kitab Bilangan menuturkan
demikian: Inilah firman yang
diperintahkan Tuhan mengenai anak – anak perempuan Zefalad, bunyinya: Mereka
boleh kawin dengan siapa saja yang suka kepada mereka, asal mereka kawin di
lingkungan salah satu dari kaum suku ayah mereka. Sebab milik pusaka orang
Israel tidak boleh beralih dari suku ke suku, tetapi orang Israel haruslah
masing – masing memegang milik pusaka suku nenek moyangnya. Jadi setiap anak
perempuan di antara suku – suku orang Israel yang telah mewarisi milik pusaka,
haruslah kawin dengan seorang dari salah satu kaum yang termasuk suku ayahnya,
supaya setiap orang Israel mewarisi pusaka nenek moyangnya. Sebab milik pusaka
itu tidak boleh beralih dari suku ke suku, tetapi suku – suku orang Israel
haruslah masing – masing memegang milik
pusakanya sendiri (Bilangan 36: 6-9)
Setiap laki – laki
diperintahkan kawin dengan perempuan dari sukunya dan setiap perempuan
diperintahkan kawin dengan laki – laki dari sukunya. Injil menyebutkan: Pada zaman Herodes, Raja Yudea, ada seorang
imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia. Istrinya juga berasal dari
keturunan Harun, namanya Elisabet (Lukas 1: 5). Elisabet adalah wanita
keturunan Harun sang Nabi, dan menikah dengan Zakaria (Zakharia) dari sukunya
yang juga adalah keturunan Harun, karena siapa yang disebut Injil sebagai
rombongan Abia adalah kelompok pendeta dari keturunan Harun.
Dalam Injil Lukas (1: 36)
dikatakan bahwa: Dan sesungguhnya
Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki – laki pada
hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia yang disebut mandul itu.
sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil (Lukas 1 : 36-37). Maryam (Maria)
adalah kerabat Elisabet dan bahwa arti nasab adalah kekerabatan, dan oleh sebab
itu maka Maria berasal dari suku yang sama dengan kerabatnya, yakni suku Lewi.
Jika kita amati saksama,
akan menjadi semakin jelas bahwa Maria adalah anak cucu dari Harun dan bahwa
Yusuf pun berasal dari anak keturunan Harun. Maka Isa Almasih, Maryam, dan
Yusuf, yang disebut Injil tunangan Maria, semua adalah anak keturunan Lewi,
suku nabi Harun, bukan anak keturunan Yehuda, suku nabi Sulaiman. Ia berasal
dari keluarga Bani Israel yang mula – mula mendapat kekhususan sebagai pemegang
wewenang kependetaan sebagai penjaga syariat. Demikian pernyataan Kitab
Keluaran: Engkau harus menyuruh abangmu
Harun bersama – sama dengan anak – anaknya datang kepadamu, dari tengah –
tengah orang Israel, untuk memegang jabatan imam bagi-Ku-Harun dan anak – anak
Harun. (Keluaran 28: 1). Tugas kependetaan itu diistimewakan bagi keluarga
Lewi, dan Harun adalah salah seorang dari keturunan Lewi.
Berdasarkan alasan
tersebut, kita memahami alasan mengapa ketika Maryam mengandung bayi dalam
rahimnya, mereka mengatakan:
Hai saudara
perempuan Harun, ayahmu sekali – sekali bukanlah seorang yang buruk dan ibumu
sekali – sekali bukanlah seorang pezina. Q.S. Maryam (19): 28
Penisbatan Isa Almasih
kepada ibundanya, Maria, dengan menyebut Isa putra Maryam merupakan perkataan
yang benar dan tidak diragukan lagi kebenarannya, sekaligus sebagai cara untuk
menyucikan garis keturunan Isa Almasih dari tuduhan – tuduhan buruk dan keliru,
sekaligus memupus perselisihan tajam antara Injil Matius dan Lukas menyangkut
nasab Isa Almasih.
Dengan demikian, dapat
kiranya dikatakan bahwa garis keturunan yang disebutkan dalam Injil Matius dan
Lukas adalah jelas keliru. Garis keturunan tersebut dengan disengaja direkayasa
oleh kelompok yang menginginkan agar Isa
Almasih masih diakui orang sebagai anak Daud, agar mereka mengatakan bahwa Isa
Almasih dialah Sang Mesiah yang dijanjikan Tuhan kepada orang Yahudi, dan bukan
selain dia.
Ketetapan
Hukum Menyangkut Hari Sabat
Yang
Kukehendaki adalah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak
menghukum orang yang bersalah” (Matius 12: 1-7). Ayat ini menerangkan bahwa
kasih sayang lebih penting daripada menerapkan syariat secara sepihak dan
membabi buta.
Setelah itu, Isa Almasih
masuk ke rumah ibadah mereka. Di situ, ada seorang yang mati tangannya. Mereka
bertanya kepadanya:
“Bolehkah
menyembuhakan orang pada hari Sabat?” Isa Almasih berkata pada mereka: “Jika
seorang diantara kamu memiliki seekor domba, dan domba itu terjatuh ke dalam
lubang pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya?
Bukankah manusia lebih berharga daripada domba? Karena itu, boleh berbuat baik
pada hari Sabat.” Lalu ia berkata kepada orang yang sakit itu: “Ulurkanlah
tanganmu!” Dan ia mengulurkannya, maka pulihlah tangannya dan menjadi sehat
seperti tangannya yang lain (Matius 12: 9-13).
Ini menunjukan pula bahwa
Isa Almasih tidak mengubah sedikit pun ketetapan hari ibadah, yakni hari Sabat.
Namun kemudian, Kkaisar Konstantin, penguasa Roma yang memeluk ajaran Masehi,
dialah yang memaklumkan hari Minggu sebagai “Hari Tuhan” dan sekaligus
menjadikannya sebagai hari libur resmi bagi Roma, sehingga dengan demikian
menyalahi ketetapan syariat Taurat. Al-Quran menyinggung perselisihan
menyangkut ketetapan hari Sabat itu dalam ayat berikut:
Sesungguhnya
(larangan berburu pada) hari Sabtu dijadikan (bencana) atas orang – orang
(Yahudi) yang berselisihpadanya. Dan sesungguhnya Tuhan Pemelihara kamu benar –
benar akan memberi putusan di antara mereka di Hari Kiamat terhadap apa yang
mereka perselisihkan itu. Q.S. an-Nahl (16): 124.
Paulus
sebagai Rasul
Ketika saya membandingkan Injil –
Injil Kanonik (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes) dengan Al-Quran ternyata
sangat banyak kesamaan dalam segi gagasan etika, pandangan spiritual, serta ide
pokok mengenai tingkah laku manusia yang diajarkan oleh Isa Almasih atau Yesus.
Namun ketika saya merujuk kepada doktrin – doktrin teologis (misalnya penuhanan
Yesus) yang dibuat oleh Paulus saya menemukan sangat banyak pertentangan baik
dari Injil dengan surat – surat lain dalam perjanjian baru dan perjanjian lama,
maupun dengan Al-Quran. Untuk itu saya tertarik untuk mengetahui siapa
sebenarnya sosok Paulus ini. dan apakah benar Paulus adalah seorang rasul? Saya
akan menuturkan secara singkat beberapa pandangan saya dengan disesuaikan
dengan telaah dalam kitab.
Paulus adalah oknum yang paling
berjasa dalam pembentukan teologi ajaran Kekristenan. Sebagai tokoh yang
merupakan fondasi utama agama Kristen, bahkan Michael H. Hart, penulis buku '100 Orang Paling Berpengaruh
Dalam Sejarah Dunia' dalam daftar bukunya konon ragu menempatkan nama
Paulus dibawah nama Yesus. Pasalnya ajaran Kristen dan perkembangannya
didominasi oleh Paulus Tarsus. Dapat dilihat dalam Bible sendiri terdapat 14
(empat belas) surat Paulus yang dikirim kepada jemaat untuk memperkokoh
doktrinnya serta surat pengikut Paulus yang mencatat kesaksiannya.
Surat-surat Paulus yang
mengandung kisah dan doktrinnya mendominasi tempat dalam Perjanjian Baru.
Bandingkan dengan kisah Yesus yang hanya dicatat 4 (empat) Injil Kanonik,
itupun kisah yang sama antara penulis Injil Kanonik tentang kelahiran sampai
penyaliban Yesus, hanya saja ada perbedaan versi yang menimbulkan beberapa
kontradiksi. Bahkan 17 (tujuh belas) tahun kisah Yesus dalam Bible hilang. Sebelum
membahas lebih jauh, mari kita ketahui siapakah Paulus dari Tarsus ini.
Siapakah Paulus Tarsus?
Nama aslinya adalah Saulus,
lahir di Asia Kecil yang disebut Tarsus tahun 2 Masehi. Nama Paulus merupakan
nama latin dari Saul. Ayahnya berasal dari suku Benyamin, termasuk Golongan
Yahudi peranakan. Sama seperti ayahnya, awalnya Paulus adalah penganut hukum
Taurat yang fanatik akibat didikan ayahnya.
Filipi 3:6 tentang
kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat
aku tidak bercacat.
Sejak muda Paulus sangat
tertarik pada kebudayaan Yunani (Heleneisme), terutama
pelajaran filsafatnya. Ini karena pada zamannya kota Tarsus merupakan kota
perniagaan yang ramai dan merupakan pelintasan dari Timur ke Eropa (Roma). Pada
masa itu juga dikota Tarsus terdapat lembaga pendidikan Yunani, candi
dewa-dewa, berhala peribadatan Yunani, dan tempat hiburan lainnya yang disukai
orang-orang Yunani. Sehingga ilmu yang didapat Paulus banyak dari
persinggungannya terhadap orang Yunani dan kebudayaannya.
Dengan demikian, tergabung dalam
dirinya dua pengaruh:
1.
Pengaruh didikan berdasarkan hukum Taurat yang kuat dari
keluarganya.
2.
Pengaruh kebudayaan Yunani yang mempengaruhi masyarakat dikota
itu.
Dua pengaruh tersebut sangat
menentukan kehidupan Paulus nanti sebelum dan sesudah dia mengaku rasul.
Mengenai Paulus, dia bukanlah
orang Nazareth dan bukan pula orang Yerusalem. Hal ini membuktikan sejak muda
hingga tua Paulus tidak pernah berhubungan dengan lingkungan Yesus atau Isa
Almasih. Semasa hidupnya Paulus tidak pernah bertatap muka dan berhubungan
langsung dengan Yesus. Paulus bukanlah murid Yesus juga bukan pengikutnya baik di
Yerusalem atau di Nazareth. Bahkan sebaliknya justru Paulus merupakan musuh
dari pengikut-pengikut Yesus dan bertindak kejam sekali terhadap mereka, dia
mengambil peranan penting dalam menganiaya orang-orang Nasrani generasi awal.
Banyak orang Nasrani dipenjarakannya,
dianiaya dalam rumah sembahyang, dan dipaksa menyangkal Yesus. Paulus juga
menyetujui pembunuhan terhadap orang Nasrani karena dia memandang para pengikut
Yesus hanya sebagai ancaman agama dan politik terhadap negara. Oleh karena itu,
dia menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat pedih dan mengusir mereka baik
didalam ataupun diluar Yerusalem (Al-Quds).
Kisah Para Rasul 8:3 Tetapi
Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan
menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk
dimasukkan ke dalam penjara.
Galatia 1:13 Sebab
kamu telah mendengar tentang hidupku dahulu dalam agama Yahudi: tanpa batas aku
menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya.
I Korintus 15:9 Karena
aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul,
sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.
Nasrani generasi awal yang
dimaksud bukanlah yang menuhankan Yesus atau mengakui Yesus sebagai Tuhan,
melainkan yang berpendirian tetap bahwa Yesus hanyalah utusan Allah. Dimana
setelah munculnya Kekristenan Paulus yaitu Trinitarian, Nasrani pertama
tersebut akrab dikenal sebagai kaum Unitarian. Dan setelah
melalui keputusan Konsili Nicea 325 H dimana didominasi kaum Trinitarian, kaum
Unitarian tersebut kemudian ditangkap, disiksa, dibunuh, dan dianggap sesat
karena mempertahankan ajaran Teologinya.
Benarkah Paulus Seorang Rasul?
Setelah mengetahui bahwa pada
dasarnya Paulus bukanlah siapa-siapa dari Yesus, bukan muridnya bahkan adalah
musuh pengikutnya, sekarang kontroversi yang akan dibahas adalah pengakuan
Paulus sebagai rasul. Terkait kerasulannya, ceritanya seperti ini: "Ketika
Paulus diserahi tugas untuk menganiaya, membunuh, dan menghabisi umat Nasrani (Bukan Kristen,
karena Kristen produk Paulus jauh sesudah Nasrani) dari Yerusalem
menuju Damsyik, tiba-tiba Paulus melihat cahaya dari langit (Ini kesaksian
Paulus sendiri, bukan dari orang lain) lalu
didengarnya suara mengatasnamakan Yesus. Dan dari suara itu, kata Paulus, Yesus
telah mengangkatnya sebagai rasul!". Cerita tersebut
dicatat Lukas yang merupakan salah satu periwayat Injil dari kesaksian Paulus seorang.
Kisah Para Rasul 9:1-9
9:1 Sementara
itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan.
Ia menghadap Imam Besar,
9:2 dan
meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di
Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti
Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.
9:3 Dalam
perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya
memancar dari langit mengelilingi dia.
9:4 Ia
rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya:
"Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?"
9:5 Jawab
Saulus: "Siapakah Engkau, Tuhan?" Kata-Nya: "Akulah Yesus yang
kauaniaya itu.
9:6 Tetapi
bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang
harus kauperbuat."
9:7 Maka
termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar
suara itu, tetapi tidak melihat seorang juga pun.
9:8 Saulus
bangun dan berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat
apa-apa; mereka harus menuntun dia masuk ke Damsyik.
9:9 Tiga
hari lamanya ia tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan dan
minum.
Surat ini dicatat Lukas, murid
Paulus yang hanya mendengar cerita ini dari Paulus sendiri dan bukanlah saksi
mata dari perjalanan Paulus. Lukas tidak pernah berjumpa dengan Yesus, dia
adalah seorang tabib kemudian menjadi Kristen, pengikut Paulus.
Dengan bekal ilmu filsafat
Yunani dan kepiawaiannya berbicara, akhirnya Paulus berhasil mengangkat dirinya
menjadi rasul pada ajaran yang dibangunnya sendiri berdasarkan teologi mazhab STOA yang dapat menyamakan kedudukan
Tuhan dengan makhluk ciptaan-Nya. Secara realistis kerasulan Paulus diangkat
dari pengakuannya sendiri tanpa adanya rekomendasi dari Yesus apalagi dari
Tuhan.
Ramalan Yesus akan Penyesatan Umat
Banyak dalam nubuat Yesus
mensinyalir kepada muridnya agar selalu "waspada" terhadap
berbagai bentuk penyesatan.
Matius 7:15 Waspadalah
terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba,
tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.
Setelah pengakuan Paulus bahwa
dia diangkat menjadi rasul, lalu apakah yang terjadi dengan ajaran Yesus?
Benarkah Paulus melestarikan ajaran Yesus atau malah merusak ajaran Yesus?
Jawaban dari pertanyaan ini sangat menentukan. Dari sinilah pertalian antara
persamaan teologi Islam dan Kristen terputus. Tanpa ada niat untuk memvonis
tanpa dasar, lihatlah perbedaan-perbedaan pokok ajaran Yesus dan ajaran Paulus
berikut:
Yesus tetap mengakui legitimasi
"Hukum Taurat" berlaku bagi para pengikutnya:
Matius 5:17-19
5:17 "Janganlah
kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum
Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan
untuk menggenapinya.
5:18 Karena
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini,
satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum
semuanya terjadi.
5:19 Karena
itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang
paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki
tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan
dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat
yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.
Sementara Paulus berpendapat
Hukum Taurat sudah diganti dengan "Iman kepada penyaliban Yesus"
dalam rangka menebus dosa manusia:
Galatia 2:16 Kamu
tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh
karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus
Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami
dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum
Taurat. Sebab: "tidak ada seorangpun yang dibenarkan" oleh karena
melakukan hukum Taurat.
Dengan demikian, menurut Paulus,
syariat Tuhan tidak berlaku lagi. Padahal Hukum Taurat merupakan bagian dari
ajaran Yesus yang wajib dilaksanakan oleh umatnya sesuai perkataan Yesus
sendiri.
Yesus menolak dirinya
dipertuhankan, dia sendiri mengaku hanya utusan Allah Yang Maha Esa:
Matius 4:10 Maka
berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab
ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia
sajalah engkau berbakti!"
Markus 12:29 Jawab
Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan
Allah kita, Tuhan itu esa.
Yohanes 17:3 Inilah
hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal
Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah
Engkau utus.
Sedangkan Paulus mengangkat
Yesus sebagai Tuhan:
I Korintus 8:6 Namun
bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu
Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup,
dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah
dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.
Paulus berusaha mendoktrin orang
lain bahwa hanya dengan meyakini Yesus sebagai Tuhan dan percaya Yesus telah
bangkit diantara orang mati maka ia akan diselamatkan. Dalam ajaran Paulus,
Yesus lebih dipromosikan sebagai Tuhan dibandingkan dengan Tuhan Allah.
Bandingkan dengan pernyataan-pernyataan Yesus yang lebih menonjolkan Allah
sebagai Tuhan Yang Maha Esa.
Masih banyak perbedaan antara
ajaran Yesus serta ajaran Paulus, agaknya dasar dari pokok ajaran diatas sudah
cukup mewakili karena masih banyak nubuat-nubuat yang disampaikan Yesus untuk
selalu "waspada" yang akan dibahas selanjutnya. Dapat dilihat
realitasnya ajaran Kristen dewasa ini lebih dekat kepada doktrin yang
dikembangkan Paulus dan sangat jauh dari ajaran Yesus yang murni. Jika
pertanyaannya dikembalikan apakah Paulus melestarikan ajaran Yesus atau malah
merusak ajaran Yesus?
Nubuat Yesus lainnya dapat
dilihat dalam ayat-ayat berikut:
Matius 24:4-5 Jawab
Yesus kepada mereka: "Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan
kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah
Mesias, dan mereka akan
menyesatkan banyak orang.
Markus 13:5-6 Maka
mulailah Yesus berkata kepada mereka: "Waspadalah supaya jangan ada orang
yang menyesatkan kamu! Akan datang banyak orang dengan memakai nama-Ku dan
berkata: Akulah Dia, dan mereka
akan menyesatkan banyak orang.
Lukas 21:8 Jawab-Nya:
"Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang
dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat.
Janganlah kamu mengikuti mereka.
Pada intinya apa yang ingin
ditekankan Yesus dalam nubuatnya adalah waspadalah terhadap penyesatan. Demikianlah
sebagian kecil perbedaan tentang ajaran Yesus dan Paulus.
Paulus Dan Farisi
Sinyalir Yesus lainnya kepada
pada murid untuk waspada adalah waspada terhadap orang Farisi.
Matius 16:6-12
16:6 Yesus
berkata kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang
Farisi dan Saduki."
16:11 Bagaimana
mungkin kamu tidak mengerti bahwa bukan roti yang Kumaksudkan. Aku berkata
kepadamu: Waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki."
16:12 Ketika
itu barulah mereka mengerti bahwa bukan maksud-Nya supaya mereka waspada
terhadap ragi roti, melainkan terhadap ajaran orang Farisi dan Saduki.
Lukas 12:1 Sementara
itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-desakan.
Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya:
"Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi.
Markus 8:15 Lalu
Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya: "Berjaga-jagalah dan awaslah
terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes."
Dari kecaman-kecaman Yesus
diatas, dapat diketahui bahwa golongan orang Farisi adalah seorang yang munafik,
menyesatkan seseorang masuk kedalam kerajaan sorga, bersifat penipu, memasukkan
seseorang dalam ajaran yang menuntun keneraka dan memperburuk orang tersebut,
mengabaikan hukum penting Taurat, tampak manis diluar tapi pribadi dirinya
rusak, dalamnya penuh dengan kebusukan, memberhalakan nabi dan orang saleh,
serta lain sebagainya. Ironisnya Paulus sendiri adalah orang Farisi. Dari situlah
saya berkesimpulan untuk menolak Paulus sebagai rasul.
Al-Quran
Al-Quran adalah kalam Allah
yang diturunkan kepada Muhammad (sebagai utusan Tuhan atau rasul) sebagai
mukzizat. Disampaikan oleh Allah sendiri melalui perantara malaikat Jibril. Dalam
teologi Islam Al-Quran diyakini adalah murni wahyu dari Allah. Al-Quran memuat
aturan – aturan kehidupan manusia di dunia. Al-Quran merupakan petunjuk bagi
umat manusia. Al-Quran diturunkan secara berangsur – angsur kepada Muhammad
selama kurang lebih 22 tahun.
Maka apakah
mereka tidak memperhatikan Al-Quran? Kalau sekiranya Al-Quran itu bukan dari
sisi Allah, tentu mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. Q.S.
Al-Nisa’ (04): 82.
Alif lam ra,
(inilah) kitab yang ayat – ayatnya disusun rapi serta dijelaskan secara
terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Mahabijaksana lagi Maha
Mengetahui. Q.S. Hud (11): 01.
Seandainya
dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar –
benar Kami pegang dia pada tangan kanannya, kemudian benar – benar Kami potong
urat tali jantungnya. Maka, sekali – kali tidak ada seorang pun dari kalian
yang dapat menghalangi (Kami) dari pemotongan urat nadi itu. Q.S. Al-Haqqah
(69): 44-47.
Al-Quran itu
bukanlah cerita yang dibuat – buat, akan tetapi membenarkan (kitab – kitab)
sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk serta rahmat bagi
kaum yang beriman. Q.S. Yusuf (12): 111.
Al-Quran juga banyak
bercerita tentang umat manusia yang terdahulu. Padahal seperti kita tahu
Muhammad adalah seseorang yang buta huruf atau tidak pandai dalam baca tulis.
lagi pula tidak ada yang mengetahui
informasi – informasi seperti itu selain Ahli Kitab yang betul – betul
dalam ilmunya. Tak jarang para pemuka Yahudi menguji Muhammad dengan sejumlah
pertanyaan tentang kisah para nabi terdahulu dengan segala peristiwa yang
mereka alami. Untuk menjawabnya turunlah ayat – ayat yang menjelaskan poin – poin yang mereka
tanyakan seperti Yusuf/Joseph, Musa/Moses, Ibrahim/Abraham serta kandungan
kitab – kitab terdahulu seperti Taurat, Zabur, dan Injil. Hal ini menakjubkan
pasalnya jarak antara kitab – kitab tersebut diturunkan sangatlah jauh.
Misalnya jarak antara diturunkannya Injil dan Al-Quran yang mencapai 6 abad
rentang waktunya. Daerah yang diilhami
dari kitab tersebut juga berbeda Injil berkembang di daerah Jerusalem yang
menggunakan bahasa aram dalam teks aslinya, sementara Al Quran ditulis dengan
bahasa arab dan berkembang di daerah Mekah dan Madinah yang bahkan para
sejarawan barat tidak memiliki informasi sedikitpun tentang daerah ini sebelum
diturunkannya Al-Quran.
Kemukzizatan
Al-Quran
Dalam teologi Islam
dijelaskan bahwa Al-Quran adalah mukjizat yang paling besar yang diturunkan
oleh Allah Tuhan semesta alam. Beberapa mukjizat yang terbukti sebagai berikut:
Kemurnian
Al-Quran
Kemurnian Al-Quran disini
yang dimaksud adalah terpeliharanya kitab ini dari berbagai bentuk penyesatan.
Terbukti dari wahyu ini diturunkan kepada Muhammad Al-Quran sama sekali tidak
mengalami perubahan dalam isinya. Dalam firmanNya Tuhan menuturkan bahwa
Al-Quran ini terpelihara kemurnian isinya karena memang dipelihara oleh Allah. Ayat
– ayatnya dituturkan sebagai berikut:
Sesungguhnya
Kamilah yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya. Q.S. Al-Hijr (15): 09.
Yang tidak
datang kepadanya (Al-Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya,
yang diturunkan dari Rabb Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji. Q.S. Fushshilat
(41): 42.
Kisah Firaun
Maka pada
hari ini Kami selamatkan jasadmu (Firaun) supaya kamu dapat menjadi pelajaran
bagi orang – orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami. Q.S. Yunus (10): 92.
Ayat ini diturunkan jauh
sebelum jasad Firaun ditemukan. Saat ini jenazah Firaun yang ditemukan pada
abad ke 19 diabadikan dalam Museum Mesir
di Kairo. Dengan demikian, keraguan – keraguan sementara orang telah
terbantahkan sendiri oleh fakta dan temuan sejarah yang semakin hari semakin
membuktikan kebenaran Al-Quran.
Perumpamaan
Al-Quran juga banyak
menerangkan ajaran hidup dengan berbagai perumpamaan yang juga digunakan Isa
Almasih untuk mengembangkan ajarannya. Dengan ini semakin jelas keterkaitan
bahwa Injil merupakan kitab sebelum Al-Quran.
Dan
sesungguhnya Kami telah mengulang – ulangi bagi manusia dalam Al-Quran ini
bermacam – macam perumpamaan, tetapi manusia adalah makhluk yang paling bayak
membantah. Q.S. Al-Kahf (18): 54.
Dan sungguh
telah kami buat dalam Al-Quran ini segala macam perumpamaan untuk manusia. Q.S.
Al-Rum (30): 58.
Kaitan
Antar Kitab - Kitab
Ramalan Para
Nabi akan Kedatangan Isa Almasih
Banyak pengabaran yang
dapat kita temukan dalam Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tentang dua
orang nabi dalam tiga situasi:
Pertama, adalah pengabaran
perihal kenabian Isa Almasih. Para nabi Israel telah mengabarkan kedatangan
seorang nabi dalam sosok Isa putra Maryam yang akan mengajar umat manusia
tentang hikmah dan kearifan. Nabi yang banyak mengabarkan hal itu adalah nabi
Daud. Maka ramalan itu dinantikan oleh setiap orang Israel dengan harapan bahwa
Sang Mesiah akan turun untuk membebaskan mereka dari penindasan dan memenangkan
bangsa Israel dari musuh mereka.
Kedua, adalah pengabaran
tentang nabi Muhammad yang telah diberitakan oleh segenap nabi, termasuk nabi –
nabi Bani Israel, yakni tentang seorang nabi dari keturunan Ismail putra
Ibrahim, diutus pada akhir zaman kepada seluruh umat manusia. Ia datang untuk
mengajarkan syariat yang adil mencakup segala aspek kehidupan. Ia diperintahkan
untuk berjihad dan ia akan dikuatkan dengan pertolongan Allah. Syariat yang
dibawanya menjadi pamungkas syariat dan bahwa misi kerasulannya universal.
Ketiga, pengabaran tentang
kembalinya Almasih pada akhir zaman, menjelang terjadinya kiamat untuk emerangi
orang kafir dan menegakkan hukum Tuhan di bumi.
Ada kesalahpahaman di kalangan orang – orang Yahudi secara umum,
demikian pula di kalangan orang – orang Nasrani. Akibatnya, misi kenabian
Almasih di satu pihak dan misi nabi akhir zaman yang diperintahakan untuk
berjihad dengan misi Almasih yang datang menjelang Hari Kiamat menjadi kabur
dan bercampur aduk. Oleh karenanya, orang – orang Yahudi terpasung pada harapan
dan penantian yang akan datangnya Mesiah atau Almasih dalam sosok seorang raja
yang diharapkan mampu mengobarkan semangat juang abngsa Israel serta menundukan
musuh – musuh mereka mendirikan kerajaan Tuhan. semua pengabaran menyangkut
Mesiah dan nabi akhir zaman dipahami dalam wacana sedemikian rupa sehingga
orang – orang Yahudi tidak mengakui kenabian Isa Almasih dan Muhammad
sekaligus, sedang orang – orang Nasrani meyakini bahwa Mesiah yang dimaksud
pengabaran itu adalah Isa Almasih, dan dengan demikian mereka tidak mengakui
kenabian Muhammad. Hanya saja mereka mempercayai kembalinya Isa Almasih pada
akhir zaman menjelang Hari Kiamat untuk menyelamatkan para pengikutnya dan
menghukum musuh – musuh mereka.
Dan (ingatlah
pula) ketika Isa putra Maryam berkata: ‘Hai Bani Israel, sesungguhnya aku
adalah utusan Allah kepada kamu, membenarkan apa yang sebelumku, yakni Taurat,
dan memberi berita gembira dengan seorang Rasul yang akan datang sesudahku,
namanya Ahmad.’ Lalu, ketika dia datang kepada mereka dengan keterangan –
keterangan. Q.S. ash-Shaff (61): 6.
Kesamaan
ajaran Injil dan Ajaran Islam (Quran & Hadist)
Terus terang saya heran
ketika melihat keterkaitan antara kitab – kitab ini. Sungguh saya meyakini
keterkaitan ini sebagai firman Tuhan. beberapa kaitan tersebut antara lain
dijelaskan dalam ayat – ayat berikut:
Misalnya perumpamaan biji sawi
dalam Injil:
Hal kerajaan
surga itu seumpama biji sawi yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya.
Memang biji itu yang paling kecil di antara segala jenis benih, tetapi apabila
ia sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar daripada sayuran yang lain, bahkan
menjadi pohon sehingga burung – burung di udara datang bersarang pada cabang –
cabangnya” (Matius 13: 31-32).
Al-Quran pun mempergunakan
biji sawi sebagai bahan perumpamaan,
seperti pada ayat berikut:
Dan walaupun
(amal baik) hanya sebiji sawi,[1]
pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat
perhitungan. Q.S. al-Anbiya (21): 47.
Mukjizat Isa
Almasih
Isa Almasih memiliki
mukjzat yang banyak diterangkan dalam Injil maupun Al-Quran. Sekali lagi hal
ini membuat saya heran karena kesamaan mukjizat yang terjadi dalam kedua kitab
tersebut. dalam Al-Quran tercantum sebagai berikut:
Serta (akan
diutus menjadi) Rasul kepada bani Israil (yang berkata kepada mereka):
‘Sesungguhnya aku datang kepada kamu dengan membawa satu tanda (yakni mukzizat)
dari Tuhan Pemelihara kamu (yaitu),
sesungguhnya aku membuat untuk kamu dari tanah (sesuatu yang) berbentuk
seperti burung; kemudian aku meniupnya, lalu ia menjadi seekor burung dengan
izin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan orang yang
berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah; serta aku
kabarkan kepada kamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu.
Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah tanda (kebenaran kerasulanku) bagi
kamu, jika kamu orang – orang mukmin. Q.S. Ali Imran (3): 49.
Sementara
dalam Injil tertulis pula mukjizat tersebut sebagai berikut:
1.
Isa
Almasih menghidupkan kembali anak kepala rumah ibadah. (Matius 9: 18)
2.
Isa
Almasih menyembuhkan orang yang buta sejak lahir. (Yohanes 9: 1-7)
Kesamaan dalam
Ajaran Bersedekah
Kita sangat sering
mendengar ungkapan sedekah secara sembunyi – sembunyi. Dalam Injil dan Hadist
pun hal ini dibahas. Keduanya mengatakan bahwa jika memberi sedekah hendaknya
tangan kiri tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh tangan kanan.
Dalam Injil tertulis:
Sesungguhnya
mereka telah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, jangan
engkau diketahui tangan kirimu apa yang dibuat tangan kananmu. Hendaklah
sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Dia yang melihat tersembunyi
akan membalasnya kepadamu” (Matius 6: 1-4).
Sementara Islam juga menuturkan
hal tersebut di dalam Hadist:
Salah satu
dari golongan manusia yang kelak akan mendapat naungan Allah di hari kiamat kelak adalah mereka yang selalu membuat
kebajikan secara berahasia sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang
dilakukan tangan kanan berikan (Sahih Al-Bukhari Vol.2 Hadis 504)
Ayat Injil
yang menyiratkan kenabian Muhammad:
“Janganlah
gelisah hatimu. Percayalah kepada Allah dan percaya juga kepadaku. Di rumah
Tuhanku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu aku akan
mengatakannya kepadamu. Sebab aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat
bagimu. dan apabila aku telah pergi ke situ dan telah menyediakn tempat bagimu.
Dan apabila aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, aku
akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatku supaya di tempat di mana aku
berada, kamu berada. Dan ke mana aku pergi, kamu akan menuruti segala
perintahku. Aku akan meminta pertolongan Tuhan dan Dia akan memberikan kepadamu
Penolong yang lain, supaya ia menyertai kamu selama – lamanya” (Yohanes 14:
1-16).
Para sejarawan Masehi
berpendapat bahwa yang dimaksud dengan redaksi “Penolong yang lain” itu adalah
Isa Almasih sendiri ketika ia turun dari langit dan kembali ke bumi. Sedangkan
kaum Muslim berpendapat bahwa redaksi injil tersebut mengandung pengabaran akan
kedatangan Nabi Muhammad, sebagaimana ditegaskan Al-Quran:
Dan
(ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata: ‘Hai bani Israil, sesungguhnya aku
adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelum aku, yaitu
Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan
datang sesudahku yang namanya Ahmad (Muhammad).’ Maka tatkala rasul itu datang
kepada mereka dengan membawa bukti – bukti yang nyata, mereka berkata: ‘Ini
adalah sihir yang nyata’ Q.S. ash-Shaff (61):6.
Bukti secara linguistik
yang menerangkan hal ini:
Para Ilmuan bahasa
menyatakan bahwa bahasa yang digunakan oleh Isa Almasih dalam menyampaikan
ajarannya adalah bahasa Aram. Sabda – sabda da ajaran Isa Almasih kemudaian
diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, bersamaan dengan raibnya ajaran Almasih
yang tertulis dalam bahasa Aram. Mereka meyakini bahwa kata Peraklet atau
Perakletos yang terdapat dalam Injil berbahasa Yunani merupakan format kata
kerja dari kata puja, atau berarti “pujilah” yang dalam bahasa Arab adalah
Ahmad.
Kesimpulan
Akhirnya saya mengambil
kesimpulan dengan mengutip perkataan teman saya yang berpindah agama dari Kristen
menjadi Islam.
“Logikanya
sederhana, Jika Isa Almasih Tuhan berwujud manusia, jadi mengapa dia masih
berdoa? Jika dia berdoa, dia berdoa kepada siapa? Terlalu narsis jika ia
mendoakan dirinya sendiri. nah galau kan?”
Sehingga akhirnya saya
memutuskan untuk menjadi seorang muslim(yang berserah diri) secara utuh.
[1] Satu
kilogram biji sawi terdiri atas 923.000 butir. Berat satu butir biji moster
hanya sekitar satu per seribu gram, atau kurang lebih 1 miligram, dan merupakan
biji – bijian paling ringan yang dikethui umat manusia sampai sekarang.
Jika Allah SWT. itu Tuhan kenapa bersalawat untuk Nabi Muhamad ??? mendoakan keselamatan sang rasul..kepada siapa dia berdoa ? berarti ada yang lebih tinggi dari Alah swt..ya TUHAN YESUS...!!!
ReplyDelete“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab : 56)
Lalu Kata Muhamad menjelang wafat :" hubungkan aku dengan TEMAN YANG MAHA TINGGI "..Teman yang MAHA TINGGI ternyata Adalah ISA ALMASIH PUTRA MARYAM SANG JURU SELAMAT...MUHAMAD MINTA SAFAAT UNTUK DIAMPUNKAN DOSANYA KEPADA ISA PUTRA MARYAM (YESUS KRISTUS)..
hahaha..dasar bego',nah lo da jwb sendiri bhw bersalawat untuk Rasulullah itu adalah salam penghormatan..Eli,Eli,Eli syabakhtani,ada Wedus!!(anak domba) bego disini.!!
ReplyDeletehahaha..dasar bego',nah lo da jwb sendiri bhw bersalawat untuk Rasulullah itu adalah salam penghormatan..Eli,Eli,Eli syabakhtani,ada Wedus!!(anak domba) bego disini.!!
ReplyDeletePenejelasan penulis yg sangat Baik!
ReplyDeleteSedikit berpihak,Tapi tidak menjatuhkan..
Menambah wawasan untuk Lebih belajar terbuka untuk menerima yg terbaik.
Penejelasan penulis yg sangat Baik!
ReplyDeleteSedikit berpihak,Tapi tidak menjatuhkan..
Menambah wawasan untuk Lebih belajar terbuka untuk menerima yg terbaik.
Penejelasan penulis yg sangat Baik!
ReplyDeleteSedikit berpihak,Tapi tidak menjatuhkan..
Menambah wawasan untuk Lebih belajar terbuka untuk menerima yg terbaik.
*Ulangan 6:4
ReplyDelete(Musa berkata) Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!
*Markus 12:29
Maka jawab Yesus kepadanya, "Hukum yang terutama inilah: Dengarlah
olehmu, hai Israel, adapun Allah Tuhan kita, Ialah Tuhan yang Esa;
*Al-Ikhlas 112:1
Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa.
Semua kitab mengajarkan kita tauhid, menyembah hanya satu saja yaitu Allah. Cuma anehnya adalah pada pengajar (general) mengajarkan dengan sebutan berbeda-beda, sehingga banyak pemahaman yang menjadikan bias. Semoga kebenaran akan datang kepada hati yang bersih, terbuka dan mau menerima kebenaran tersebut...aamin