Ibu engkaulah
perempuan dengan hati paling lembut di dunia. Jika sekarang seseorang memujiku
anak yang cerdas, karena engkau yang telah susah payah mendidikku sejak kecil.
Jika sekarang seseorang memujiku sebagai orang yang baik, itu karena tak henti –
hentinya engkau menasihatiku ketika kecil. Aku yang ketika kecil sering engkau
bilang anak durhaka karena begitu banyak melukai perasaanmu, sangat berdosa
bila tidak menjadi anak yang hebat di masa depan.
Ibu, tahukah
engkau yang menggangguku ketika usia 20 tahun? Yang mengganggu pikiranku adalah
waktu. Waktulah yang membuatku semakin tertekan. Aku tahu usiamu semakin menua,
sementara aku masih belum jadi apa – apa. Aku sebagai anak laki – laki berusia
20 tahun masih menggantungkan nafkah darimu. Aku benar – benar tidak bisa
menikmati masa mudaku seperti anak – anak yang lain bu. Hatiku merintih jika
aku tidak segera menjadi orang hebat yang membanggakanmu. Karena aku memikirkan
hal ini, aku tidak bisa membiarkan ibu menua, tanpa aku membahagiakanmu terlebih
dahulu sebelum engkau benar – benar menua.
Ketika kuliah
di UI, kebanyakan orang tua teman – temanku disini adalah orang – orang yang
sudah hebat dengan pendidikan tinggi. Kebanyakan mereka adalah orang – orang
kaya yang secara pendidikan mapan. Bahkan banyak diantara mereka yang fasih
berbahasa inggris, sehingga bisa mengajarkan kemampuan tersebut ke anak –
anaknya secara langsung. Aku tahu engkau bukanlah seorang sarjana bu, engkau
lulusan SMA. Engkau hanya bisa mengajariku matematika dan bahasa Indonesia
sampai kelas 2 SD saja. Dan itupun sudah hebat mengingat masa kecil ibu yang
penuh kerja keras. Ibu tinggal di desa terpencil di pulau jawa, dimana masa
kecil ibu tidak ada listrik, lantai rumah masih dari tanah, dinding rumah
terbuat dari kayu. Di desa ibu tidak ada yang namanya SMA. Jika ingin
melanjutkan sekolah harus pergi sejauh 15 kilo untuk sekolah.
Aku tahu
engkau lebih banyak menghabiskan masa mudamu untuk membantu kakek dan nenek
menggarap sawah dan memenuhi kebutuhan keluarga dengan mencari bahan – bahan
hasil hutan. Aku tidak pernah membayangkan bagaimana seorang perempuan begitu
beraninya masuk hutan untuk sekedar mencari kayu bakar, bahkan berjalan kaki
menembus hutan melawati batas kabupaten. Jika masa kecilku sesusah ibu, aku
yakin aku tidak sehebat sekarang bu. Ayah dan ibulah yang luar biasa bekerja
keras, hingga aku sampai disini sekarang. Ibu, aku tidak iri dengan teman –
temanku yang orang tuanya sudah sukses dan berpendidikan mapan. Harusnya mereka
yang iri kepadaku karena memiliki ibu dengan perasaan yang sangat halus, yang
mencurahkan seluruh hidupnya rela menjadi ibu rumah tangga untuk memastikan
anak – anaknya terdidik dengan baik. perempuan sekarang lebih peduli dengan
uang dan pekerjaan daripada pendidikan anak – anaknya. Karena itulah ibu
memanglah wanita terhebat di dunia.
Ibu
keinginanku sederhana, sebelum tubuhmu semakin ringkih dimakan usia, aku ingin
mengajakmu berkeliling dunia dan melihat keindahannya. Masa kecilmu yang begitu
keras dan sederhana, benar – benar mendorongku untuk membahagiakanmu. Aku ingin
mengajakmu ke China untuk melihat tembok besar China. Aku ingin mengajakmu ke
Venesia untuk membawamu kembali ke romansa jaman muda. Aku ingin mengajakmu ke
Brazil untuk melihat keindahan kota Rio de Janeiro dan pantai Ipanema. Aku juga
ingin mengajakmu ke mekah, tempat yang engkau impi – impikan, dengan
menghabiskan seluruh tabungan kerja untuk pergi kesana. Aku ingin melakukan hal
tersebut sebelum tulangmu semakin ringkih ketika berjalan, gigimu semakin
ompong ketika menyantap makanan, dan sebelum waktu memisahkan kita. Sesederhana
itu keinginanku bu, karena aku tau balas jasaku kepadamu tak akan pernah cukup
padamu sampai kapanpun.
Aku rela tidak
menghabiskan waktu mudaku untuk bersenang – senang. Aku tidak pernah liburan
ketika hari sabtu dan minggu, aku sering dibilang teman – temanku antisosial
karena tidak pernah terlihat banyak bergaul dan ngobrol – ngobrol di kantin
dengan mereka. Aku lebih suka menghabiskan waktu bersama buku – bukuku dan
laptopku. Aku bahagia dan bersyukur karena hidupku sudah lebih baik dari masa
kecil ibu, dan aku tidak akan menyia – nyiakan kesempatan yang diberikan Tuhan
kepadaku. Aku ingin sukses dan membanggakanmu semuda mungkin, karena itu aku
menolak untuk bercita – cita menjadi dosen, profesor, maupun karyawan yang
membutuhkan waktu lama untuk meraih kemapanannya. Waktuku akan benar – benar
habis jika aku bercita – cita demikian. Hasrat itu pulalah yang kadang memicuku
untuk berpikir drop out dari kuliah, karena sangking besarnya hasratku untuk
sesegera mungkin membahagiakanmu, namun aku tahu drop out tidak akan
membahagiakanmu sehingga sebisa mungkin aku menghindarinya. aku ingin membangun
kerajaan bisnis yang besar. Ibu dan ayah memberiku nama Chairul Anam yang
artinya sebaik – baiknya manusia, dan bukankah sebaik – baiknya manusia adalah
yang bermanfaat bagi orang lain? Itu pula yang membentuk cita – citaku untuk
menjadi seorang yang mengubah dunia dengan segala ilmu dan kebermanfaatan yang
kumiliki. Aku tidak bisa hanya berjalan di dalam sistem yang ada bu, aku harus
berjalan di luar sistem dan mengejar semua impianku.
Ibu adalah
perempuan dengan hati paling lembut di dunia. Watakku sebenarnya keras, tetapi
karena kelembutan ibu, aku menjadi orang yang baik. Engkaulah pendidik terbaik
di dunia. Jika aku suskses bukan aku yang hebat, namun karena orang tua luar
biasa yang berhasil mendidikku sampai seperti sekarang. aku selalu mengagumi
wanita – wanita dengan hati yang lembut, mungkin karena ibu mencontohkannya
saat mendidiku dari kecil sampai sekarang ini. ibu adalah orang yang tidak
pernah berkata “tidak” untuk segala keinginanku. Bahkan untuk membelikan mainan
di masa kecilku, ibu menjual perhiasan simpanan – simpanan ibu. Jika aku
mengingatnya aku selalu ingin menangis, betapa durhakanya aku mementingkan
egoku sendiri dibalik kepedihanmu. Aku ingat ketika engkau di depan ruang tamu
menangis gara – gara ulahku bu. Jika aku mengingatnya hatiku tersayat – sayat.
Maafkan aku ibu, aku akan membalas semua kebaikanmu. Aku akan mengganti perhiasanmu
yang telah kau jual demi egoku di masa lalu dengan kesuksesanku.
Ibu, engkau
tidak pernah mengatakan “tidak” padaku. akupun tidak akan mengatakan “tidak”
untuk semua keinginanmu. Bahkan jika ibu menyuruhku untuk menaklukan dunia, aku
akan dengan ikhlas dan senang hati dalam seluruh hidupku bekerja dan
mengembangkan diri untuk mencapai tujuan tersebut. Ibu aku tau dari kecil sifatku memang seperti
batu, jika menginginkan sesuatu aku akan mengejarnya sampai mendapatkannya. Di
masa kecil sifat ini sangatlah buruk, hingga ibu rela menjual perhiasan ibu
demi mainanku. Sifat keras kepala tersebut akan aku gunakan untuk kebaikan, aku
akan menjadi seorang yang sehebat mungkin dengan kekeras kepalaanku.
Ibu, janjiku
kepadamu aku akan menjadi anak yang hebat, sukses, menggakanmu, dan bermanfaat
sebanyak mungkin bagi umat manusia. aku ingin membangun salah satu yayasan
terbesar di dunia, yang membantu orang – orang miskin dan kurang beruntung.
Cita – citaku sudah final, tekadku sudah bulat, dan aku akan melakukan apapun
untuk meraihnya. Mungkin itulah tujuan ibu menamakanku Chairul Anam, sebaik –
baiknya manusia, yang bermanfaat bagi orang lain.
“Energi positif terbesar di dunia
adalah cinta, dan cintaku kepadamulah yang mendorongku untuk maju sampai sejauh
ini.”
Chairul Anam Bagus Haqqiasmi,
Depok, 13 Desember 2014
Depok, 13 Desember 2014
0 comments