I don't want a lot of things. I just want to invite you to think together!

Pages

Friday 12 December 2014

Ibu: "The Power of Love"


Ibu engkaulah perempuan dengan hati paling lembut di dunia. Jika sekarang seseorang memujiku anak yang cerdas, karena engkau yang telah susah payah mendidikku sejak kecil. Jika sekarang seseorang memujiku sebagai orang yang baik, itu karena tak henti – hentinya engkau menasihatiku ketika kecil. Aku yang ketika kecil sering engkau bilang anak durhaka karena begitu banyak melukai perasaanmu, sangat berdosa bila tidak menjadi anak yang hebat di masa depan.

Ibu, tahukah engkau yang menggangguku ketika usia 20 tahun? Yang mengganggu pikiranku adalah waktu. Waktulah yang membuatku semakin tertekan. Aku tahu usiamu semakin menua, sementara aku masih belum jadi apa – apa. Aku sebagai anak laki – laki berusia 20 tahun masih menggantungkan nafkah darimu. Aku benar – benar tidak bisa menikmati masa mudaku seperti anak – anak yang lain bu. Hatiku merintih jika aku tidak segera menjadi orang hebat yang membanggakanmu. Karena aku memikirkan hal ini, aku tidak bisa membiarkan ibu menua, tanpa aku membahagiakanmu terlebih dahulu sebelum engkau benar – benar menua.

Ketika kuliah di UI, kebanyakan orang tua teman – temanku disini adalah orang – orang yang sudah hebat dengan pendidikan tinggi. Kebanyakan mereka adalah orang – orang kaya yang secara pendidikan mapan. Bahkan banyak diantara mereka yang fasih berbahasa inggris, sehingga bisa mengajarkan kemampuan tersebut ke anak – anaknya secara langsung. Aku tahu engkau bukanlah seorang sarjana bu, engkau lulusan SMA. Engkau hanya bisa mengajariku matematika dan bahasa Indonesia sampai kelas 2 SD saja. Dan itupun sudah hebat mengingat masa kecil ibu yang penuh kerja keras. Ibu tinggal di desa terpencil di pulau jawa, dimana masa kecil ibu tidak ada listrik, lantai rumah masih dari tanah, dinding rumah terbuat dari kayu. Di desa ibu tidak ada yang namanya SMA. Jika ingin melanjutkan sekolah harus pergi sejauh 15 kilo untuk sekolah.

Aku tahu engkau lebih banyak menghabiskan masa mudamu untuk membantu kakek dan nenek menggarap sawah dan memenuhi kebutuhan keluarga dengan mencari bahan – bahan hasil hutan. Aku tidak pernah membayangkan bagaimana seorang perempuan begitu beraninya masuk hutan untuk sekedar mencari kayu bakar, bahkan berjalan kaki menembus hutan melawati batas kabupaten. Jika masa kecilku sesusah ibu, aku yakin aku tidak sehebat sekarang bu. Ayah dan ibulah yang luar biasa bekerja keras, hingga aku sampai disini sekarang. Ibu, aku tidak iri dengan teman – temanku yang orang tuanya sudah sukses dan berpendidikan mapan. Harusnya mereka yang iri kepadaku karena memiliki ibu dengan perasaan yang sangat halus, yang mencurahkan seluruh hidupnya rela menjadi ibu rumah tangga untuk memastikan anak – anaknya terdidik dengan baik. perempuan sekarang lebih peduli dengan uang dan pekerjaan daripada pendidikan anak – anaknya. Karena itulah ibu memanglah wanita terhebat di dunia.

Ibu keinginanku sederhana, sebelum tubuhmu semakin ringkih dimakan usia, aku ingin mengajakmu berkeliling dunia dan melihat keindahannya. Masa kecilmu yang begitu keras dan sederhana, benar – benar mendorongku untuk membahagiakanmu. Aku ingin mengajakmu ke China untuk melihat tembok besar China. Aku ingin mengajakmu ke Venesia untuk membawamu kembali ke romansa jaman muda. Aku ingin mengajakmu ke Brazil untuk melihat keindahan kota Rio de Janeiro dan pantai Ipanema. Aku juga ingin mengajakmu ke mekah, tempat yang engkau impi – impikan, dengan menghabiskan seluruh tabungan kerja untuk pergi kesana. Aku ingin melakukan hal tersebut sebelum tulangmu semakin ringkih ketika berjalan, gigimu semakin ompong ketika menyantap makanan, dan sebelum waktu memisahkan kita. Sesederhana itu keinginanku bu, karena aku tau balas jasaku kepadamu tak akan pernah cukup padamu sampai kapanpun.

Aku rela tidak menghabiskan waktu mudaku untuk bersenang – senang. Aku tidak pernah liburan ketika hari sabtu dan minggu, aku sering dibilang teman – temanku antisosial karena tidak pernah terlihat banyak bergaul dan ngobrol – ngobrol di kantin dengan mereka. Aku lebih suka menghabiskan waktu bersama buku – bukuku dan laptopku. Aku bahagia dan bersyukur karena hidupku sudah lebih baik dari masa kecil ibu, dan aku tidak akan menyia – nyiakan kesempatan yang diberikan Tuhan kepadaku. Aku ingin sukses dan membanggakanmu semuda mungkin, karena itu aku menolak untuk bercita – cita menjadi dosen, profesor, maupun karyawan yang membutuhkan waktu lama untuk meraih kemapanannya. Waktuku akan benar – benar habis jika aku bercita – cita demikian. Hasrat itu pulalah yang kadang memicuku untuk berpikir drop out dari kuliah, karena sangking besarnya hasratku untuk sesegera mungkin membahagiakanmu, namun aku tahu drop out tidak akan membahagiakanmu sehingga sebisa mungkin aku menghindarinya. aku ingin membangun kerajaan bisnis yang besar. Ibu dan ayah memberiku nama Chairul Anam yang artinya sebaik – baiknya manusia, dan bukankah sebaik – baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain? Itu pula yang membentuk cita – citaku untuk menjadi seorang yang mengubah dunia dengan segala ilmu dan kebermanfaatan yang kumiliki. Aku tidak bisa hanya berjalan di dalam sistem yang ada bu, aku harus berjalan di luar sistem dan mengejar semua impianku.

Ibu adalah perempuan dengan hati paling lembut di dunia. Watakku sebenarnya keras, tetapi karena kelembutan ibu, aku menjadi orang yang baik. Engkaulah pendidik terbaik di dunia. Jika aku suskses bukan aku yang hebat, namun karena orang tua luar biasa yang berhasil mendidikku sampai seperti sekarang. aku selalu mengagumi wanita – wanita dengan hati yang lembut, mungkin karena ibu mencontohkannya saat mendidiku dari kecil sampai sekarang ini. ibu adalah orang yang tidak pernah berkata “tidak” untuk segala keinginanku. Bahkan untuk membelikan mainan di masa kecilku, ibu menjual perhiasan simpanan – simpanan ibu. Jika aku mengingatnya aku selalu ingin menangis, betapa durhakanya aku mementingkan egoku sendiri dibalik kepedihanmu. Aku ingat ketika engkau di depan ruang tamu menangis gara – gara ulahku bu. Jika aku mengingatnya hatiku tersayat – sayat. Maafkan aku ibu, aku akan membalas semua kebaikanmu. Aku akan mengganti perhiasanmu yang telah kau jual demi egoku di masa lalu dengan kesuksesanku.

Ibu, engkau tidak pernah mengatakan “tidak” padaku. akupun tidak akan mengatakan “tidak” untuk semua keinginanmu. Bahkan jika ibu menyuruhku untuk menaklukan dunia, aku akan dengan ikhlas dan senang hati dalam seluruh hidupku bekerja dan mengembangkan diri untuk mencapai tujuan tersebut.  Ibu aku tau dari kecil sifatku memang seperti batu, jika menginginkan sesuatu aku akan mengejarnya sampai mendapatkannya. Di masa kecil sifat ini sangatlah buruk, hingga ibu rela menjual perhiasan ibu demi mainanku. Sifat keras kepala tersebut akan aku gunakan untuk kebaikan, aku akan menjadi seorang yang sehebat mungkin dengan kekeras kepalaanku.

Ibu, janjiku kepadamu aku akan menjadi anak yang hebat, sukses, menggakanmu, dan bermanfaat sebanyak mungkin bagi umat manusia. aku ingin membangun salah satu yayasan terbesar di dunia, yang membantu orang – orang miskin dan kurang beruntung. Cita – citaku sudah final, tekadku sudah bulat, dan aku akan melakukan apapun untuk meraihnya. Mungkin itulah tujuan ibu menamakanku Chairul Anam, sebaik – baiknya manusia, yang bermanfaat bagi orang lain.

“Energi positif terbesar di dunia adalah cinta, dan cintaku kepadamulah yang mendorongku untuk maju sampai sejauh ini.”



Chairul Anam Bagus Haqqiasmi,
Depok, 13 Desember 2014








Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 comments

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© Angkringan Intelektual
Designed by BlogThietKe Cooperated with Duy Pham
Released under Creative Commons 3.0 CC BY-NC 3.0
Posts RSSComments RSS
Back to top