I don't want a lot of things. I just want to invite you to think together!

Pages

Sunday 4 May 2014

Catatan Kecil Tentang Almamater



Ini  tulisan pertamaku yang berkaitan dengan membahas almamater. Jujur selama 1,5 tahun pikiran dan perasaan ini aku simpan. Namun aku rasa sudah saatnya kini untuk menuliskannya. Dulu pertama kali motivasiku masuk UI adalah karena aku ingin membuktikan kepada guru – guru saya yang meremehkanku semasa SMA. Tetapi semakin lama aku semakin sadar, tidak ada gunanya menanam ambisi dan tujuan sehina itu. pengetahuan bukan ambisi, pengetahuan adalah rasa ingin tahu. Aku ingin menuntut ilmu, bukan ingin pamer.

Tentu di daerahku Nganjuk yang notabene kota kecil, sangat membanggakan bila bisa masuk salah satu universitas terbaik se - Indonesia. Awal aku masuk UI pun aku begitu bangga dengan almamaterku ini. Sungguh kalian akan merasakan rasa bangga itu bila kalian bersekolah di kota kecil seperti aku. Namun lama – lama aku semakin jengkel juga dengan almamater yang kusandar ini. Banyak orang yang mengatasnamakan almamater untuk kepentingan kelompok. Mahasiswa demo isunya nggak jelas, dan bahkan dijadikan rutinitas setiap bulan harus ada yg didemo meskipun sebenarnya negara baik baik saja.

Ada juga hal yang paling membuat aku malu memakai jaket almamaterku. Aku melihat perubahan pada teman – temanku semua. Mereka yang masuk UI dipenuhi kesombongan luar biasa, dan ketika mengadakan roadshow ke daerah masing – masing aku yakin motivasi utama bukanlah sosialisasi perguruan tinggi, tetapi pamer di adik kelas. Meskipun juga diselingi dengan sosialisasi, try out dan yang lain – lain, tapi aku hanya berpikir mereka hanya ingin pamer karena kebanggaan menyandang status almamater yang dipandang baik. aku tidak yakin jika kalian masuk perguruan tinggi yang tidak favorit kalian akan tetap melakukan sosialisasi. Aku yakin jika kalian tidak diteria di perguruan tinggi favorit, kalian tidak akan berani silaturahmi ke guru – guru. kalian silaturahmi ke guru hanya karena ingin ditanyai “sekolah dimana sekarang?”.

Begitu sombongnya kalian memakai jaket almamater itu. aku semakin hari semakin sedih melihat perubahan tingkah laku kalian. Kalian memandang rendah teman – teman dari Universitas lain, kalian mulai menggunakan jaket almamater itu untuk ditunjukan ke semua orang bahwa kalian orang terdidik. Aku bilang begini bukan karena aku benci dan tidak bangga dengan alamamaterku. Namun apakah kebanggaan terhadap almamater pantas diekspresikan dalam suatu hal bernama pamer? Aku yakin kalian tidak mengakuinya bahwa kalian pamer. Sifat alami orang itu tidak mau disalahkan. Tetapi cobalah sesekali merenung, apakah benar kalian bersih dari dosa pamer. Aku pun mengakui dulu aku juga pamer, 6 bulan pertama tepatnya.

Seingatku hanya dua kali aku menggunakan jaket almamaterku. Pertama ketika foto bersama BEM UI, dan yang kedua adalah saat mengisi sambutan acara UI. Sekali lagi bukan karena aku tidak bangga. Apakah bangga itu harus diekspresikan dengan pamer? Aku rasa bangga itu harus diekspresikan dengan kerja keras. Kalian yang sudah diterima di UI, sudah sampai mana prestasi yang kalian capai di UI sehingga kalian pantas pamer? Sudah jadi yang terbaik satu kelas? Satu jurusan? Satu fakultas? Atau satu UI? Aku sangat menyayangkan sikap kalian ini. 

Ingatlah diatas bumi ada langit, diatas langit siapa yang tahu? Ya, aku hanya ingin kalian kembali seperti sediakala, aku rindu teman – temanku yang bersahaja. Tidak pernah membicarakan sekolah dimana kamu sekarang, tetapi lebih membicarakan bagaimana kabarmu? Apa kamu sehat – sehat saja? Jujur ketika pertama aku masuk UI selama 6 bulan pertama aku juga dilingkupi rasa bangga, namun setelah itu aku sadar, begitu banyak temanku yang tidak diterima disini yang hatinya terluka, lalu dengan bangganya pamer bahwa aku telah mengalahkan kalian? Betapa jahatnya aku 6 bulan pertama itu. aku rasa bangga sejati adalah ungkapan syukur dari hati yang terdalam dan cukup dipendam sendiri saja. Biarkan orang tahu prestasimu dari orang yang lain. Jika orang lain tidak tahu, Tuhan tahu kok prestasimu, maka dari itu tidak perlu ditunjuk – tunjukan. apakah pengakuan Tuhan belum cukup bagimu. Aku ingin ketika kita bertemu, kalian menyapaku dengan “apa kabar?” lagi.
Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 comments

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© Angkringan Intelektual
Designed by BlogThietKe Cooperated with Duy Pham
Released under Creative Commons 3.0 CC BY-NC 3.0
Posts RSSComments RSS
Back to top