I don't want a lot of things. I just want to invite you to think together!

Pages

Thursday 13 February 2014

Memahami Tuhan



Teman – teman, ketika kita berbicara mengenai Tuhan atau agama kita selalu dipenuhi oleh suatu dilema. ada banyak wacana bagaimana cara memahami Tuhan. wacana yang paling populer adalah pembedaan cara pandang ilmu pengetahuan dan agama. Banyak filsuf yang bilang bahwa agama itu dimulai dari kepercayaan/iman, sedangkan ilmu pengetahuan dimulai dari keraguan. Memang pernyataan tersebut ada benarnya, jika tidak ada kepercayaan/iman apakah manusia akan patuh pada Tuhannya? Atau jika ilmu pengetahuan tidak berangkat dari keraguan/rasa ingin tahu, apakah ilmu pengetahuan dapat berkembang? Saya rasa pernyataan filsuf tersebut ada benarnya.

Namun ternyata ada permasalahan yang pelik degan cara berfikir diatas. Agama dimulai dari kepercayaan? Benarkah? Saya rasa itu tidak sepeuhnya benar. Masih ingatkah kita pada zaman pertengahan Eropa yang dikenal dengan “The Dark Middle Age”? itulah zaman dimana dogma gereja katholik roma sangat berkuasa, suara pendeta dianggap suara Tuhan, bahkan pada zaman tersebut dijual surat pengampuan dosa untuk mereka yang berani berperang demi kejayaan gereja kuno. Para ilmuan banyak yang mati disia – siakan oleh dogma agama. Contohnya seperti Galileo dan kawan – kawanya yang mati karena kekejaman dogma sebuah agama.

Saya rasa begitulah jika agama dimulai dari keyakinan. Akan banyak ekstrimis – ekstrimis yang malah mengacaukan tata kehidupan yang sudah mapan. Kebanyakan atau sebagaian besar dari kita menerima agama sebagai sesuatu yang “taken for granted” atau warisan dari orang tua, yang sebenarnya kita sendiri tidak tahu kenapa kita harus meyakini itu. dan anehnya semua orang yang lahir berdasarkan agama masing – masing menganggap agamanya adalah yang paling benar. Satu pertanyaan yang harus mereka ketahui. Apakah mereka telah mempelajari semua agama lainnya? Kok bisa – bisanya mengatakan agamaku yang paling benar? Inilah sebenarnya yang sangat lucu, yang bahkan saya yakin banyak pemuka agama yang tidak bisa menjawab pertanyaan semacam ini. Hal ini dikarenakan mereka memahami Tuhan dimulai dari kepercayaan, bukan dari rasa ingin tahu/keraguan. Jika mereka ragu, mereka akan mencoba mencari kebenaran, bahkan membaca kitab suci semua agama untuk menemukan kebenaran tersebut.

Lalu muncul pertanyaan juga yang sangat populer, bukankah jika memulai agama dari rasa ingin tahu/keraguan itu malah menciptakan orang – orang atheis yang tidak percaya Tuhan? bukan kah banyak ilmuan yang jadi atheis gara – gara mereka memulai memahami Tuhan dari keraguan? Jawaban itu juga tidak sepenuhnya salah. Tetapi menurut saya ilmuan yang tidak percaya Tuhan adalah ilmuan yang sesat pikir dan tidak menggunakan logikanya secara jernih. Mereka mengatasnamakan aliran mereka yang tidak percaya dengan Tuhan dengan menyebutnya aliran materialisme. Materialisme menganggap semua yang nyata adalah yang memiliki materi/keberadaan. Kursi itu ada karena kursi bisa disentuh, bisa diraba, bisa dilihat. Tuhan itu tidak ada, karena keberadaanya tidak bisa ditangkap panca indra. Benarkah pernyataan tersebut? Lalu bagaimana ilmuan materialisme menjelaskan tentang proses kelahiran manusia yang dari tidak ada menjadi ada? Dari perut seorang ibu dan tiba – tiba muncul seorang manusia. Dan bagaimana pula ilmuan materialisme menjelaskan dari yang ada ke tiada? Contohnya orang yang hidup suatu saat akan mati, merupakan proses menuju tiada. Lalu apakah manusia tersebut tidak nyata? Dari sini kita bisa melihat salah kaprahnya logika dari para ilmuan ini. Saya melihat doktrin materialisme hanyalah upaya para ilmuan yang sudah jenuh dan putus asa karena tidak bisa menjawab pertanyaan – pertanyaan mengenai keberadaan Tuhan. saya heran kenapa orang – orang sejenius Sigmund Freud dan Nietzsche bisa tidak percaya akan adanya Tuhan. saya rasa mereka salah memahami Tuhan

Saya bukan seorang atheis teman – teman. Saya sangat percaya Tuhan. Saya  percaya Tuhan karena sangat banyak bukti yang tak terjelaskan menggambarkan betapa lemahnya kita teman – teman. Cobalah tengok semua definisi ilmu pengetahuan semuanya pasti berakhir dengan postulat(kebenaran yang tak bisa dipertanyakan). Bisakah seorang dokter memberi penjelasan kenapa sebuah zat sperma dan ovum bisa menjadi sebuah janin? Mereka hanya bisa menjelaskan prosesnya. Ada juga pertanyaan misalnya, kenapa gravitasi menarik materi? Seorang ahli fisika hanya bisa mempostulatkan hal tersebut tanpa tahu sebenarnya mengapa gravitasi itu menarik materi. Itu membuktikan betapa terbatasnya nalar manusia dibanding alam semesta ini. Tentu ada zat yang menciptakan dari keadaan tiada/kehampaan ke keadaan ada saat ini.

Keyakinan saya akan Tuhan diperkuat juga oleh keterangan di kitab suci. Seperti biasa saya selalu mencoba memahami Tuhan secara kritis. Misalnya ada ungkapan di kitab suci “Tuhan Maha Besar, Tuhan Maha Penyayang dan sebagainya”. Menurut saya ini adalah bukti luar biasa dari Tuhan bahwa Tuhan itu ada. Misalnya ungkapan “Tuhan Maha Besar” . dalam bayangan kalian Tuhan itu sebesar apa? Jika Tuhan itu sebesar bulan maka Tuhan bukanlah zat yang Maha karena matahari lebih besar daripada bulan. Jika ada ungkapan Tuhan itu sebesar matahari maka Tuhan juga bukanlah zat yang Maha dikarenakan galaksi bima sakti jauh lebih besar daripada matahari. Keberadaan Tuhan yang memang tidak tampak oleh mata, memang sengaja begitu adanya karena jika mata kalian bisa melihat Tuhan, itu berarti ruang hampa disekitar penglihatan kalian lebih besar dari Tuhan. maka dari itulah ada ungkapan yang Maha atau yang tak tertandingi muncul. Dari situ pulalah ada ungkapan Tuhan ada dimana – mana.

Sangat banyak contoh dari kitab suci yang sebenarnya secara nalar dapat diterima, akan tetapi banyak juga orang yang terburu – buru dan malas berpikir sehingga memilih mempercayai saja tanpa kritis terhadap agama, atau malah memilih atheis sebagai jalan yang netral. Saya mulai berpikir, agaknya memahami Tuhan bukan berarti percaya tanpa pencarian akan Tuhan dan kebenaran sejati, tetapi memahami Tuhan harus dilandasi dengan akal yang sehat dan kritis. Banyak pemikir jenius yang mempercayai Tuhan. Issac Newton ilmuan termahsyur sepanjang masa juga merupakan seorang kreasionis yang percaya bahwa kehidupan diciptakan oleh Tuhan. ada juga pemikir yang atheis semasa hidupnya seperti Voltaire yang tidak mengakui Tuhan, saat matipun ternyata dia tidak kuasa untuk menyebut nama Tuhan dan meminta pertolonganNya. Logikanya benar – benar tak mampu mengingkari adanya Tuhan. logikanya tak mampu menjelaskan proses kematian.
Mari kita memahami Tuhan lebih bijak.

Depok, 13 Februari 2013
Chairul Anam Bagus Haqqiasmi
Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 comments

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© Angkringan Intelektual
Designed by BlogThietKe Cooperated with Duy Pham
Released under Creative Commons 3.0 CC BY-NC 3.0
Posts RSSComments RSS
Back to top