I don't want a lot of things. I just want to invite you to think together!

Pages

Monday 14 July 2014

Passion,Takdir, dan Kesuksesan



Saya percaya pada takdir. Saya percaya bahwa semua yang kita alami telah dititikkan oleh yang Maha Kuasa. Sedangkan kita hidup di dunia ada untuk merangkai titik – titik takdir itu dan menghubungkannya sebagai sebuah garis. Hal ini semakin menegaskan kenapa ada orang yang sukses dan ada orang yang gagal. Orang sukses berhasil menemukan titik – titik yang telah ditentukan oleh Tuhan dan membuatnya menjadi sebuah garis kehidupan. Sedangkan orang gagal adalah orang yang tidak berhasil menemukan titik – titik kehidupan dari Tuhan dan membuat garis menyimpang dari titik – titik yang telah dibuatkan Tuhan untukknya. Kebnyakan orang gagal hanya mengikuti apa yang dikatakan orang. Mereka menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mendengarkan orang lain, padahal jelas – jelas orang lain belum tentu mengenal siapa dirinya. Jelas hanya diri sendirilah yang paling mengenal akan diri kita sendiri, itu kenapa saya selalu mempercayai hati dan intuisi saya ketika saya mengambil keputusan. Karena saya yakin Tuhan memberikan petunjuk berupa titik – titik takdir tadi dalam hati dan pikiran setiap manusia. Seringkali manusia terlalu takut untuk menuruti kata hati dan intuisinya. Tanpa sadar mereka telah terperangkap dalam penjara kebudayaan yang dibuat oleh lingkungannya. Mereka menganggap lingkungan yang mengendalikan mereka. 

Bukankah sering kita menjumpai orang yang punya minat sosial masuk jurusan teknik, minat sastra masuk kedokteran, minat musik masuk akuntansi? Terkadang orang terlalu pecundang untuk mengikuti kata hati mereka, sehingga dalam sisa – sisa hidupnya mereka berkutat dengan sesuatu yang sebenarnya tidak mereka cintai. Mereka bekerja demi uang, sekolah demi gelar, berdandan demi prestis dan lain sebagainnya. Setahu saya orang – orang besar semuanya bekerja atas nama cinta atau passion. Sementara orang – orang yang kurang beruntung menjalani hidupnya melakukan hal yang sebenarnya tidak mereka cintai demi uang, demi harga diri, demi gelar dan sebagainya. Saya percaya bahwa ketika orang itu sukses bukan ambisi yang mendorong mereka, tetapi karena rasa cinta atau passion terhadapa apapun yang mereka kerjakan. Kebanyakan orang memandang cinta sebagai sesuatu yang sepele, sekedar perasaan sayang dan ketetapan hati. saya melihat cinta dari sisi yang lain dan percayalah bagaimana cinta bekerja. Steve Jobs besar karena mencintai desain dan komputer, Frank Sinatra besar karena mencintai musik, Einstein besar karena mencintai fisika. 

Kebanyakan dari kita terlalu takut untuk mempercayai hati kita. Ketika kita sebenarnya mencintai musik, orang berkata, mau jadi apa kau kuliah musik? Pengamen? Orang – orang seperti ini disentil sedikit oleh orang lain langsung goyah. Mereka percaya orang lain yang bahkan tidak mengenal dirinya. Pada umumnya orang selalu takut mengambil resiko dengan berbagai alasannya. Mereka memilih hidup aman dengan dituntun penjara budayanya. Padahal dibalik resiko yang besar terdapat peluang yang besar juga, dan hanya orang – orang bernyali yang mau mengambil peluang besar ini. Saya yakin bahwa sebagian besar hidup kita akan dihabiskan untuk bekerja. Senin sampai Jumat kita bekerja.  Saya percaya hakikat hidup sebenarnya bukan berlibur, tapi bekerja. Coba kalian bayangkan jika sebagian besar hidup kita, kita habiskan untuk mengerjakan hal – hal yang tidak kita sukai, betapa malangnya hidup kita. Rata – rata kita hanya berumur 60 tahun dan kita hidup mengerjakan hal – hal yang jelas – jelas tidak kita sukai. 

Maka dari itu kita haruslah mencari passion, cinta, dan jati diri kita. Jika kita belum menemukan maka tetap teruslah mencari dan jangan pernah berhenti. Suatu saat kita akan menemukannya. Hidup adalah menghubungkan titik – titik pengalaman masa lalu menjadi garis atau sebuah jalan untuk menatap masa depan. Saya masih teringat kata – kata Steve Jobs mengenai hal ini, berikut kutipannya : 

“You can’t connect the dots looking forward; you can only connect them looking backwards. So you have to trust that the dots will somehow connect in your future. You have trust in something – your gut, destiny, life, karma, whatever. This approach has never let me down, and it has made all difference in my life.” – Steve Jobs

Saya sangat setuju dengan apa yang dikatakan Steve. Saya menganggap titik – titik takdir kehidupan saya sudah disusun oleh Tuhan, dan tugas saya hanya menghubungkan titik – titik itu menjadi sebuah garis takdir yang saya yakini. Dan cara menghubugkan garis – garis tersebut hanya dapat kita rasakan jika kita melihat pengalaman kita ke belakang, dan mencari titik temu atau persimpangan sebagai petunjuknya. Sebagai contoh, saya dulu pernah masuk jurusan IPA ketika SMA padahal saya kala itu lebih tertarik dengan ilmu sosial, namun ternyata saya mendapatkan hal yang tak saya dapatkan di kelas IPS disana, yaitu daya juang anak IPA yang sangat besar dan lingkungan yang mengharuskan belajar matematika yang kelak sangat berguna di masa depan saya. Ketika SMA saya juga pernah diberi mandat untuk menjadi ketua OSIS, pengalaman ini jelas merusak nilai akademis saya dan mengharuskan saya bolos selama hampir setengah tahun, namun hal ini sangat berguna dalam pengembangan kepemimpinan saya di masa depan. Ketika kuliah saya masuk jurusan antropologi di FISIP UI. Saya mulai belajar filsafat dan psikologi ketika saya kuliah. Ternyata dari ketiga bidang yang saya tekuni ketika kuliah ini mengerucutkan minat saya pada ilmu yang namanya ilmu tentang kognitif manusia, ketiga ilmu itu saling melengkapi dan diperkuat oleh matematika yang saya dapatkan ketika di IPA SMA. 

Ketika saya melihat masa lalu dengan berbagai pengalaman tersebut saya mulai mengerucutkan titik – titik pengalaman masa lalu saya menjadi sebuah garis visi saya kedepan yang saya pegang. Saya sekarang adalah orang yang bekerja dalam bidang konsultan pendidikan yang saya dirikan sendiri bersama teman saya. Dan percaya atau tidak, ini adalah kumpulan titik – titik takdir yang saya sambung dari berbagai pengalaman saya di masa lalu. Sebagai contoh, daya juang dan matematika yang dibutuhkan oleh pengusaha pendidikan saya peroleh ketika di program IPA SMA. leadership yang dibutuhkan untuk memimpin perusahaan saya peroleh di OSIS ketika SMA, bekal ilmu sosial humaniora yang saya tekuni ketika kuliah membimbing saya pada jalan untuk mendirikan lembaga konsultan pendidikan.  Tentu saja ilmu kognitif adalah ilmu yang paling pas untuk dikembangkan di bidang pendidikan. Saya hanya bisa mengatakan saya sangat menikmati apa yang saya kerjakan, dan saya merasakanbahwa kekuatan cinta dan passion bekerja dalam mewujudkan mimpi saya. Semuanya adalah warisan dari titik – titik pengalaman masa lalu yang saya buat garis, sehingga sejalan dengan takdir Tuhan. saya mempercayai apa kata hati saya dan intuisi saya. 

Kehidupan saya masihlah begitu panjang dan akan terlalu sombong bila saya menceritakan pengalaman saya yang masih belum sukses ini kepada semua orang yang tentu sudah lebih banyak lebih sukses dari saya. Tentulah saya masih bodoh dan tolol saat ini, namun kehidupan akan terus berputar dan saya akan berjuang melakukan semua hal yang baik bagi saya dan orang lain. Dan suatu saat  kita lihat bagaimana passion dan rasa cinta itu berhasil menjadi kekuatan raksasa yang ada di dalam diri dan menunjukan kesuksesannya. Takdir Tuhan tak pernah buruk untuk ciptaannya, manusia sendirilah yang menciptakan takdir yang buruk dengan berusaha menyimpang dari jalannya. Semua manusia mempunyai cara sendiri terhadap hidup dan kesuksesannya. Jangan pernah lelah mencari passion, karena semakin kita mencari maka semakin dekat kita dengannya. definisi passion sederhana, cukup definisikan passioan sebagai suatu hal yang bisa membuat kita lupa makan dan lupa tidur. Terakhir saya mengutip sebuah sajak dari Robert Frost :

The Road Not Taken (jalan yang tidak kutempuh)

Dua jalan bercabang dalam remang kehidupan
Dan sayang aku tidak bisa menempuh keduanya
Dan sebagai pengembara, aku berdiri lama
Dan memandang ke satu jalan sejauh aku bisa
Kemana kelokannya mengarah di balik semak belukar;

Kemudian aku memandang yang satunya, sama bagusnya,
Dan mungkin malah lebih bagus
Karena jalan itu segar dan mengundang
Meskipun tapak yang telah melewatinya
Juga telah merundukan rerumputannya

Dan pagi itu keduanya sama –sama membentang
Di bawah hamparan dedaunan rontok yang belum terusik.
Oh, kusimpan jalan pertama untuk kali lain!
Meski tahu semua jalan berkaitan,
Aku ragu akan pernah kembali.

Aku akan menuturkannya sambil mendesah
Suatu saat berabad – abad mendatang;
Dua jalan bercabang di hutan, dan aku
Aku menempuh jalan yang jarang dilalui,
Dan itu mengubah segalanya. (Robert Frost – 1916)


 Chairul Anam Bagus Haqqiasmi
Nganjuk, 15 Juli 2014



 
Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 comments

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© Angkringan Intelektual
Designed by BlogThietKe Cooperated with Duy Pham
Released under Creative Commons 3.0 CC BY-NC 3.0
Posts RSSComments RSS
Back to top