I don't want a lot of things. I just want to invite you to think together!

Pages

Friday 17 October 2014

Salah Pemahaman Keilmuan (Matematika)

Satu hal yang saya rasakan ketika SD sampai SMA adalah banyak pengetahuan yang terbuang sia – sia. Kurikulum sekolah benar – benar mengajarkan kita hanya untuk menjadi orang yang pinter sekolahan, bukan pinter kehidupan. Kita sering mendapatkan berbagai rumus matematika dan fisika tanpa tahu dialektika rumus itu dibentuk. Hal itu sama saja dengan dogma yang diterima secara “taken for granted”. Padahal bukankah ilmu pengetahuan harus disikapi secara skeptis? saya pembenci matematika sejati ketika masa sekolah, akan tetapi ketika kuliah justru saya jatuh cinta dengannya. Bagaimana bisa hal tersebut terjadi? Sebenaranya sederhana, ketika kita SMP atau SMA kita selalu diberikan rumus jadi untuk menyelesaikan soal – soal matematika. Apapun angkanya guru selalu bilang “tinggal masukin ke rumusnya”. Hal ini menurut saya sudah merupakan pelecehan ilmu pengetahuan, dimana nalar manusia dimatikan. Ketika saya kuliah berbeda lagi konteksnya, saya diajarkan statistik secara mendasar, dan menurut saya itu sangat mempesona. Saya rasa matematika adalah “beauty in the silence” pada saat itu.

Tahukah kita bahwa ketika para ilmuan menginduksi rumus atau teorinya tersebut melalui proses dialektika yang panjang sehingga bertemu rumus tersebut? Anda bisa mengatakan rumus E=mc kuadratnya Einstein sangat sederhana. Namun tahukah anda bahwa rumus itu diperoleh dari ribuan persamaan yang menghasilkan kesimpulan tersebut? Bahkan Einstein sampai dibantu oleh Max Planck partner keilmuannya ketika di Jerman dalam merumuskan teorinya tersebut, karena dia merasa kemampuan matematikanya masih kurang. Sedangkan kita yang belajar di bangku sekolah selalu diajarkan untuk memakai rumus jadi tanpa proses berpikir. Inikah yang dinamakan ilmu pengetahuan? Mustahil untuk memahami ilmu pengetahuan secara mendalam kalo kita tidak belajar dasar – dasar filsafat ilmu, seperti penggunaan logika, penalaran deduktif – induktif, silogisme dan lain – lain yang sebenarnya orang – orang seperti Aristotle yang hidup adab 4 SM sudah memahami hal tersebut. Bukankah kita lebih bodoh daripada manusia 4 abad SM jika kita tidak memahami dasar – dasar keilmuan tersebut. 

Dari hal tersebut saya mendapatkan kesimpulan bahwa kita benar – benar dicetak hanya untuk pinter sekolahan. Motivasi kita semata – mata didorong untuk mendapatkan nilai yang bagus, bukan dari rasa penasaran kita sendiri.  Saya hanya merasa sia – sia saja kalo ilmu tetap diajarkan seperti itu. saya rasa matematika yang dengan pengajaran seperti itu tidak lebih dari sekedar hafalan yang sama dengan ilmu sejarah. Kita seakan – akan sudah merasa pintar ketika bisa mengerjakan matematika, padahal sebenranya kita dibodohi. Kita hanya mengerjakan pekerjaan hafalan yang sebenarnya tidak terlalu memacu kita untuk berfikir. Dan yang paling parah kita seringkali sombong atas apa yang sudah kita dapatkan, padahal nyatanya kita belum memahami apa – apa. 

Ilmu pengetahuan adalah jalan penunjuk kebenaran. Dan setiap kebenaran selalu melalui proses dialektikanya untuk mencapai kebenaran sejati.  Tesis, antitesis, dan sintesa adalah hal yang pasti dalam mengungkap kebenaran sejati. Kita tidak bisa langsung menuju ke sintesa, karena kita butuh penjelasan pada tahap tesis dan antitesis. Menghafal rumus adalah sama saja dengan proses melangkah langsung ke sintesa yang berarti kita benar – benar tidak paham apa yang kita kerjakan. Kita hanya bisa mendapat nilai 90 tanpa tahu apa yang kita kerjakan. Ilmu pengetahuan tanpa nalar hanyalah menghafal. Dan jika anda belajar psikologi anda pasti tahu respons kognitif mana yang dapat disimpan di ingatan jangka panjang kita. Informasi yang berkesan membuat informasi itu tersimpan di memori jangka panjang. Untuk membuat sesuatu itu berkesan kita harus paham. Dengan memahami kita merasa bahwa ilmu pengetahuan itu mempesona, dari situlah akan terbentuk pengetahuan sejati. 

Dari teori tersebut kita bisa simpulkan bahwa orang yang hafal berbagai macam teori, rumus, dan konsep pengetahuan lainnya berarti dialah orang yang paham. Sedangkan mereka yang seringkali lupa terhadap yang diajarkan, berarti mereka tidak lebih dari sekedar menghafal rumus tanpa menggunakan nalar. Pernahkah anda belajar suatu rumus, belum ada dua bulan sudah lupa? Itu berarti anda belum paham. Ketika orang paham, pengetahuan itu akan tersimpan lama dalam memorinya, bahkan bisa sampai seumur hidupnya. Itulah keindahan ilmu pengetahuan. Keindahan dalam keheningan, keindahan dalam diam.


Depok, 18 Oktober 2014
Chairul Anam Bagus Haqqiasmi

Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 comments

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© Angkringan Intelektual
Designed by BlogThietKe Cooperated with Duy Pham
Released under Creative Commons 3.0 CC BY-NC 3.0
Posts RSSComments RSS
Back to top