Sudah lama sekali aku tidak menulis, sungguh kuakui akhir –
akhir ini aku sangat malas menulis. Bukan karena tidak ada kejadian yang harus
ditulis, tapi memang benar – benar kegiatan yang padat serta pikiran yang penat
membawaku pada perasaan malas yang besar bagiku untuk tidak menulis dalam waktu
yang lama.
Aku akhir – akhir ini sering merenung. Kata orang kesuksesan
itu lebih gampang diraih kalau kita berpendidikan tinggi. Tetapi akhir – akhir ini
merasa bahwa setiap ilmuku bertambah, aku semakin tidak bahagia. entah tak tahu
kenapa, semakin banyak yang kuketahui, semakin banyak ilmuku, ternyata itu
membawaku kepada suatu kegalauan yang berlarut – larut. Ketika aku membaca buku
sejarah aku menemukan banyak penderitaan orang, seakan – akan sejarah penuh
dengan pengkhianatan dan penderitaan. Peristiwa yang terekam dalam sejarah,
semuanya adalah penderitaan manusia, tentang perang dunia, tentang G30SPKI,
tentang pemberontakan dan sebagainnya. Ketika
aku belajar ekonomi aku menemukan banyak fakta betapa kejamnya persaingan,
kapitalisme dan individualisme. Aku menemukan banyak borjuis yang
mengekploitasi proletar, aku banyak menemukan realita buruh yang digaji tidak
layak oleh majikannya, aku menemukan sisi gelap dari manusia yang mempunyai
sifat tamak. Ketika belajar Antropologi mataku benar – benar terbelalak, masih
sangat banyak bangsa di dunia ini yang hidup dalam kehidupan yang kejam. Orang papua
yang memiliki kecenderungan untuk terjangkit HIV/AIDS karena kebudayaan mereka yang menganggap seks bebas
sebagai upacara kesuburan. Atau pada suku – suku bangsa yang masih hidup dalam
kebersahajaan lainnya, mereka hidup dalam kenelangsaan.
Ya Tuhan apakah benar pengetahuan itu membawa kegalauan? “Aku
mulai berpikir bahwa ketidaktahuan adalah nikmat”. Jika aku tahu kapan matiku,
tentu aku akan hidup dalam kenelangsaan karena membayangkan kematian yang
selalu menghantui. Jika aku tahu orang tuaku mengidap suatu penyakit akut,
tentu aku akan hidup dalam bayang – bayang kesedihan, takut akan ditinggal mati
orang yang kusayangi. Jika aku tahu akan betapa banyak dan besar dosaku, tentu
aku akan dihantui rasa bersalah dan rasa gelisah. entahlah, aku mulai bingung. Aku
hanya ingat ketika aku kecil, aku menikmati masa – masa kecilku dengan bahagia.
aku yang bodoh dan tidak punya pengetahuan, bermain sesuka hati tanpa rasa takut dan
sedih, seakan semuanya akan baik – baik saja. Aku yang saat kecil senang
berlari karena aku tak tahu rasanya sakit ketika jatuh. Aku yang saat kecil
suka main kentongan masjid karena tak tahu takutnya ketika dimarahi oleh takmir
masjid. Lalu manakah yang baik ya Tuhan? apakah kebenaran dalam kedukaan yang
utama? Ataukah kebahagiaan dalam kebohongan itu jauh lebih baik? hati kecilku
selalu menjawab untuk berjuang dalam kebenaran. meskipun itu kesannya sok pahlawan, tapi entah mengapa hati manusia memang cenderung mengarah ke kebaikan. Meskipun kebenaran identik
dengan duka, meskipun pengetahuan tidak akan membawa ketenangan. Tetapi aku
setidaknya aku sadar satu hal, kesedihanku karena pengetahuan itu akan
bermanfaat bagi orang lain nantinya. "Memang takdir ilmuan bahagianya untuk orang lain, sungguh mulia memang".
Depok, 31 Oktober 2013
Chairul Anam Bagus Haqqiasmi
Pengetahuan memberitahu kita untuk waspada akan yg akan terjadi sehingga dapat tercegah ataupun terlaksana. Ilmu membuat kuasa bukan kegalauan. Kegalauan yg sesungguhnya itu justru perasaan takut dan was2 karena kita g tau apa2... galau lihat teman semua belajar, takut menjadi siswa paling g bisa, jadi ikut belajar. Coba kalo g tau temen2 pada belajar, g bisa waspada dan hasil akhir menyatakan Menjadi siswa paling g bisa... itu sangat mengecewakan dan penuh penyesalan karena ketidaktahuan akan lingkungan.
ReplyDeletePenderitaan pada zaman sejarah, itu bisa dijadikan sebagai gambaran tentang pemanfaatan kebodohan rakyat karena pejajah. Menjadikan pengetahuan tersebut agar membangkitkan semangat masyarakat ataupun membanggakan negara karena selama ratusan tahun negara telah disiksa. .membayangkan kita tidak memiliki pengetahuan mengenai sejarah, kita akan berfoya2, KKN merajalela karena tak terbuka hati melihat penderitaan rakyat. Menurut saya jadikan ilmu sebagai perbaikan secara continue di masa yg akan datang.
NKS