I don't want a lot of things. I just want to invite you to think together!

Pages

Thursday 31 October 2013

Takdir Orang Berilmu Dekat dengan Nestapa

Sudah lama sekali aku tidak menulis, sungguh kuakui akhir – akhir ini aku sangat malas menulis. Bukan karena tidak ada kejadian yang harus ditulis, tapi memang benar – benar kegiatan yang padat serta pikiran yang penat membawaku pada perasaan malas yang besar bagiku untuk tidak menulis dalam waktu yang lama.

Aku akhir – akhir ini sering merenung. Kata orang kesuksesan itu lebih gampang diraih kalau kita berpendidikan tinggi. Tetapi akhir – akhir ini merasa bahwa setiap ilmuku bertambah, aku semakin tidak bahagia. entah tak tahu kenapa, semakin banyak yang kuketahui, semakin banyak ilmuku, ternyata itu membawaku kepada suatu kegalauan yang berlarut – larut. Ketika aku membaca buku sejarah aku menemukan banyak penderitaan orang, seakan – akan sejarah penuh dengan pengkhianatan dan penderitaan. Peristiwa yang terekam dalam sejarah, semuanya adalah penderitaan manusia, tentang perang dunia, tentang G30SPKI, tentang pemberontakan  dan sebagainnya. Ketika aku belajar ekonomi aku menemukan banyak fakta betapa kejamnya persaingan, kapitalisme dan individualisme. Aku menemukan banyak borjuis yang mengekploitasi proletar, aku banyak menemukan realita buruh yang digaji tidak layak oleh majikannya, aku menemukan sisi gelap dari manusia yang mempunyai sifat tamak. Ketika belajar Antropologi mataku benar – benar terbelalak, masih sangat banyak bangsa di dunia ini yang hidup dalam kehidupan yang kejam. Orang papua yang memiliki kecenderungan untuk terjangkit HIV/AIDS karena  kebudayaan mereka yang menganggap seks bebas sebagai upacara kesuburan. Atau pada suku – suku bangsa yang masih hidup dalam kebersahajaan lainnya, mereka hidup dalam kenelangsaan.

Ya Tuhan apakah benar pengetahuan itu membawa kegalauan? “Aku mulai berpikir bahwa ketidaktahuan adalah nikmat”. Jika aku tahu kapan matiku, tentu aku akan hidup dalam kenelangsaan karena membayangkan kematian yang selalu menghantui. Jika aku tahu orang tuaku mengidap suatu penyakit akut, tentu aku akan hidup dalam bayang – bayang kesedihan, takut akan ditinggal mati orang yang kusayangi. Jika aku tahu akan betapa banyak dan besar dosaku, tentu aku akan dihantui rasa bersalah dan rasa gelisah. entahlah, aku mulai bingung. Aku hanya ingat ketika aku kecil, aku menikmati masa – masa kecilku dengan bahagia. aku yang bodoh dan tidak punya pengetahuan, bermain sesuka hati tanpa rasa takut dan sedih, seakan semuanya akan baik – baik saja. Aku yang saat kecil senang berlari karena aku tak tahu rasanya sakit ketika jatuh. Aku yang saat kecil suka main kentongan masjid karena tak tahu takutnya ketika dimarahi oleh takmir masjid. Lalu manakah yang baik ya Tuhan? apakah kebenaran dalam kedukaan yang utama? Ataukah kebahagiaan dalam kebohongan itu jauh lebih baik? hati kecilku selalu menjawab untuk berjuang dalam kebenaran. meskipun itu kesannya sok pahlawan, tapi entah mengapa hati manusia memang cenderung mengarah ke kebaikan. Meskipun kebenaran identik dengan duka, meskipun pengetahuan tidak akan membawa ketenangan. Tetapi aku setidaknya aku sadar satu hal, kesedihanku karena pengetahuan itu akan bermanfaat bagi orang lain nantinya. "Memang takdir ilmuan bahagianya untuk orang lain, sungguh mulia memang".



Depok, 31 Oktober 2013
Chairul Anam Bagus Haqqiasmi
Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

1 comments

  1. Pengetahuan memberitahu kita untuk waspada akan yg akan terjadi sehingga dapat tercegah ataupun terlaksana. Ilmu membuat kuasa bukan kegalauan. Kegalauan yg sesungguhnya itu justru perasaan takut dan was2 karena kita g tau apa2... galau lihat teman semua belajar, takut menjadi siswa paling g bisa, jadi ikut belajar. Coba kalo g tau temen2 pada belajar, g bisa waspada dan hasil akhir menyatakan Menjadi siswa paling g bisa... itu sangat mengecewakan dan penuh penyesalan karena ketidaktahuan akan lingkungan.
    Penderitaan pada zaman sejarah, itu bisa dijadikan sebagai gambaran tentang pemanfaatan kebodohan rakyat karena pejajah. Menjadikan pengetahuan tersebut agar membangkitkan semangat masyarakat ataupun membanggakan negara karena selama ratusan tahun negara telah disiksa. .membayangkan kita tidak memiliki pengetahuan mengenai sejarah, kita akan berfoya2, KKN merajalela karena tak terbuka hati melihat penderitaan rakyat. Menurut saya jadikan ilmu sebagai perbaikan secara continue di masa yg akan datang.
    NKS

    ReplyDelete

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© Angkringan Intelektual
Designed by BlogThietKe Cooperated with Duy Pham
Released under Creative Commons 3.0 CC BY-NC 3.0
Posts RSSComments RSS
Back to top